Liputan6.com, Jakarta Selain lansia, tenaga kesehatan, dan orang dengan komorbid, penyandang disabilitas menjadi salah satu kelompok yang juga dinilai perlu diprioritaskan untuk vaksinasi COVID-19.
Jaka Ahmad atau lebih dikenal dengan julukan Blindman Jack, komedian tunggal tunanetra mengungkapkan, apabila harus melakukan pekerjaan sehari-hari, penyandang disabilitas membutuhkan bantuan orang lain.
Advertisement
"Kalau misalnya saya harus datang ke Media Center Kominfo saya pasti naik bis. Ke halte mungkin bisa jalan sendiri, tetapi di bis saya pasti dibantu oleh petugas TransJakarta," kata pria yang juga seorang pekerja kantoran tersebut.
"Ketika transit saya harus dibantu lagi dengan orang lain. Belum lagi nanti ada orang lain yang maksudnya baik mau membantu saya, tetapi mempertinggi risiko untuk terpapar," kata Jack, sapaan akrab Jaka dalam dialog virtual pada Kamis (8/4/2021).
Beruntungnya, kantor tempat Jaka bekerja memperbolehkan para penyandang disabilitas untuk bekerja dari rumah selama pandemi COVID-19. Hal ini karena mereka dinilai lebih rentan untuk terpapar virus corona.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Sosialisasi Bagi Keluarga Penyandang Disabilitas
Senada dengan Jack, Angkie Yudistia, Staf Khusus Presiden, mengatakan bahwa penyandang disabilitas haruslah diprioritaskan dalam vaksinasi COVID-19.
Ia mengatakan bahwa dalam kesehariannya, penyandang disabilitas membutuhkan orang lain untuk membantunya berkegiatan.
"Anggaplah teman disabilitas yang tidak memiliki kedua tangan terpapar COVID-19. Kalau tidak ada gejala harus isolasi mandiri. Bagaimana mau makan? Bagaimana mau beraktivitas sendiri? Kalau bergejala di rumah sakit berarti dibantu tenaga kesehatan butuh lebih banyak," ujarnya.
Menurut Angkie, penyandang disabilitas pun juga perlu mendapatkan akses informasi yang valid, termasuk mengenai vaksinasi COVID-19.
"Teman-teman disabilitas akan lebih mempercayai apa yang komunitasnya bilang. Jadi untuk meminimalisir hoaks itu adalah bagaimana komunitas teman disabilitas itu mendapatkan akses informasi yang valid."
Angkie mengatakan bahwa baik pemerintah pusat, daerah, hingga kabupaten, juga punya peran untuk melakukan sosialisasi ke kelompok-kelompok rentan, termasuk disabilitas.
Angkie mengatakan, sosialisasi juga harus diberikan kepada para penyandang disabilitas, melalui orang-orang terdekatnya yaitu keluarga. "Mungkin teman disabilitas adalah penerima vaksin, tetapi mendapat informasi itu adalah dari yang terdekat."
Advertisement