Liputan6.com, Jakarta - Kia Sonet 7 penumpang menjadi produk terbaru yang diluncurkan PT Kreta Indo Artha (KIA). Lalu siapa yang layak menjadi lawannya? Kita coba membandingkannya dengan low SUV dan beberapa segmen lainnya.
Vs Low SUV
Kia membanderol Sonet 7-Seater mulai dari Rp 199,5 juta – Rp 296 juta OTR Jakarta. Alias lebih mahal sedikit dengan versi 5-seater. Dari segi harga, rentang varian termurah sampai termahal Sonet 7-Seater benar-benar bersinggungan serangkai spesies Low SUV.
Dari nominalnya, adalah tempat berdiri nama-nama seperti Toyota Rush, Daihatsu Terios, Mitsubishi Xpander Cross, Suzuki XL7, sampai Honda BR-V.
Lantas apa variabel membuat Sonet lebih menarik ketimbang mereka? Dan sisi mana yang tidak bisa dikejar oleh crossover kompak jagoan KIA ini? Jawaban sederhananya, Sonet sanggup mengemas keseluruhan mobil dalam cita rasa premium. Sayangnya, upaya maksimalisasi ruang kabin belum berbuah baik untuk format tujuh penumpang. Begini jika dipaparkan.
Baca Juga
Advertisement
Sebelum masuk ke dalam interior dan melihat amunisinya, kita sudah bisa merasakan Sonet sedikit memiliki kasta dari sisi wujud. Eksekusi bahasa desain Kia masa kini tampak premium. Dari mulai ketegasan Tiger Nose Grille, berhias lampu LED otomatis dan DRL – serta foglamp dari lensa proyektor. Mewah.
Pahatan-pahatan bodi pun begitu adanya. Kap mesin dengan tepian mengotak dan agak memanjang, iramanya dilanjutkan sampai belakang. Memperkuat kesan crossover, apalagi dengan line fender hitam tak terlihat dipaksakan.
Bukan seperti para LSUV berjiwa LMPV kami sebutkan tadi. Sonet proporsional. Eksekusi buritan meski agak ekstrem juga rasanya masih mudah diterima. Rancangan pilar-pilar sampai ke bentuk lampu dibuat dramatis dan futursitis.
Dan berkat dimensinya yang kompak, ia mampu menciptakan kesan stylish. Hal ini, rasanya agak sulit didapat pada lima LSUV seharga Sonet.
Di dalam kabin? Terjemahan kesan premium masih terpampang jelas. Layout dashboard jauh dari kata monoton. Minimalis, namun tetap berkarakter. Lubang ventilasi AC dibuat agak nyentrik. Sementara peletakkan tombol cukup tertata rapi di tengah, berdekatan layar head unit super besar.
Ya, di varian teratas ada layar 10.25 inci untuk menerjemahkan sistem hiburan dan visualisasi kamera belakang. Tidak ada yang punya monitor sebesar itu di jajaran LSUV. Tentunya dengan kemampuan lengkap sampai ke Android Auto dan Apple CarPlay. Pun kalau mau ambil varian tengahnya, tetap dihias layar 8 inci dengan kemampuan kurang lebih serupa.
Masih seputar layar, LSUV mana menyajikan data informasi kokpit lewat monitor full LCD 4.2 inci berwarna? Paling hanya MID menawarkan visual atraktif. Sisanya masih perpaduan jarum analog. Sonet sudah selangkah lebih canggih. Dan tentu memberi informasi lengkap pula, sampai ke Tire Pressure Monitoring System (TPMS).
Sistem kunci pintar, dari mulai untuk masuk sampai menyalakan mobil rasanya sudah biasa bukan? Toh kelima mobil rival sudah punya pada trim-trim atas. Tapi kalau remote start engine? Tampaknya baru Sonet pemiliknya. Masih belum puas? Bahkan tersedia ventilated seat agar pengendara tetap mendapat hawa sejuk dari kursi. Mengaggumkan.
Perangkat keselamatan pasifnya juga lebih dari cukup. Sonet di tipe tinggi terlindungi enam buah kantong udara. Maksimal. Dan peranti pengaman aktif semacam ESC, HSA, ABS+EBD+BA, tentunya juga hadir. Plus, untuk mendukung kenyamanan komputer mampu memfungsikan cruise control. Pada intinya, ketimbang LSUV Sonet memang memiliki daya tarik lebih dari sisi bentuk dan amunisi fitur.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Mesin
Urusan mesin boleh dibilang juga di atas rata-rata. Semua LSUV kami sebutkan memiliki jantung pacu kurang lebih 1.5-liter empat silinder. Sama seperti Sonet.
Namun ternyata, translasi mesin Kia cukup memberi output lebih. Ia sanggup memuntahkan 115 PS di 6.300 rpm dan torsi 144 Nm pada 4.500 rpm, alias paling besar.
Agak disayangkan, keputusan menambah dua bangku pada baris tiga tak sesuai dengan konfigurasi mobil. Total panjangnya hanya sekitar 4,1 meter. Berada di bawah jajaran LSUV yang setidaknya punya dimensi 4,4 meter ke atas.
Ditambah lagi, bentuk Sonet pada dasarnya bukan berorientasi untuk memaksimalisasi area kabin. Kap mesin agak panjang, plus angka segitu pun ia dapat akibat bumper depan-belakang mencuat. Belum lagi, pintu bagasi belakang memiliki format kaca landai.
Dan akibatnya, kursi di baris ketiga itu lebih layak disebut +2 daripada 7-seater murni. Jika diduduki orang dewasa, utamanya dengan tinggi 170 cm ke atas agak kurang nyaman. Ruang kepala tersisa sedikit saja. Begitu pun area kaki.
Hal mengganggu lainnya, adalah tidak tersedianya visibilitas bagus di paling belakang disebabkan pilar besar. Bagi yang tak kuat pusing, sepertinya bakal menolak duduk di sana. Mungkin lebih cocok ditempati oleh anak kecil.
Terios, Rush, Xpander Cross, serta rival-rivalnya di harga segitu sanggup menyajikan ini lebih baik. Meski tak hebat-hebat amat. Tapi setidaknya orang dewasa masih bisa duduk nyaman.
Sekaligus diberi kaca cukup besar. Lantas mereka pula sudah dibekali AC double blower. Bukan seperti Sonet yang mengandalkan kipas saja untuk berbagi suhu dingin dari kabin depan ke belakang.
Jika orientasi Anda benar-benar membutuhkan kursi tujuh penumpang secara maksimal. Sonet 7-Seater rasanya bukan jawaban tepat.
Lebih baik utamakan LSUV kami sebutkan tadi. Apabila memiliki budget segitu. Meskipun, tawaran fiturnya memang begitu menggoda. Ditambah rentang harganya begitu panjang.
Advertisement
Vs LCGC dan Low MPV
Bagaimana dengan segmen lain? Bisa saja. Sekarang cakup pandangnya dimensi. Kia Sonet, tidak mengubah ukuran apapun dari versi lima kursi. Tetap memakai format (PxLxT) 4.120 x 1.790 x 1.615 mm dengan wheelbase 2.500 mm. Artinya ukuran ini sepantaran dengan duo LCGC grup Astra, Daihatsu Sigra dan Toyota Calya. Begitu pula Renault Triber. Apa yang kalah dan apa yang menang?
Pastinya, kekalahan dimulai dari nilai jual. Tidak satupun rival seukuran kami sebut mencapai harga Rp 200 juta. Malah mereka memulainya dengan nominal Rp 120 jutaan. Dan titik termahalnya dipegang Triber, Rp 187,9 juta OTR Jakarta. Sonet 7-Seater? Paling murah pun Rp 199,5 juta. Karena itu kami harus menjadikan varian Standard ini sebagai parameter perbandingannya.
Sekarang soal transmisi. Sonet Standard hanya tersedia dalam pilihan girboks manual enam percepatan. Bahkan ketika menambah budget Rp 40 jutaan (trim level berikutnya) Anda belum bisa mendapat transmisi IVT. Sementara di nilai segitu, Calya dan Sigra tentu sudah pakai gigi otomatis. Atau paling tidak AMT seperti milik Triber.
Hampir semua fitur-fitu hebatnya juga tak ada di versi paling murah ini. Menjadikan para LCGC dan LMPV tadi menang dari segi fungsionalitas. Karena di trim tertinggi mereka cukup melengkapi ruang kabin dan eksterior dengan amunisi lumayan komplet. Paling-paling, Dual Airbag dan ABS+ABD+BA cukup mengimbangi Sonet terendah dengan kawan-kawannya.
Bagaimana soal ruang duduk baris ketiga? Begini, ukuran Sonet sebetulnya lebih panjang daripada ketiga mobil kami sebutkan. Bahkan Triber kurang dari empat meter. Hal yang sama kami akan utarakan lagi, bahwa Sonet memiliki format bentuk agak lain. Tidak bisa dimaksimalisasi seoptimal Calya, Sigra dan Triber.
Mereka bertiga cenderung memiliki hidung pendek. Plus menuntaskan area belakang dengan proporsi rata. Tidak banyak eskpresi dikemukakan. Makanya, meski diduduki tujuh penumpang masih dalam batas toleransi. Sesempit-sempinya Triber di baris tiga, belum sesempit Sonet.
Lantas, kemenangan dari Sonet lawan LCGC ini kami rasa hanya bisa disimplifikasi dalam dua hal: Desain dan dapur pacu. Rasanya mayoritas orang bisa berbangga hati mengemudikan Sonet daripada trio mobil tadi bukan? Tampilannya stylish dan secara estetika tampaknya lebih baik. Mesin, juga menjadi nilai jual si kompak walaupun pakai transmisi manual. Karena mereka sekadar memangku mesin 1.2-liter ke bawah. Sementara milik KIA masih sanggup mengasapi LSUV.
Sumber: Oto.com
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19
Advertisement