Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut, jadwal kedatangan 100 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk Indonesia masih tidak pasti. Jumlah 100 juta dosis tersebut merupakan total vaksin AstraZeneca melalui dua mekanisme kerjasama.
Pertama, vaksin AstraZeneca melalui kerjasama dengan The Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI). Vaksin AstraZeneca dari GAVI diberikan secara gratis sebanyak 54 juta dosis. Kedua, vaksin AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis dari kerjas ama antara PT Bio Farma dan AstraZeneca Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka belum bisa memberikan informasi, sehingga ini masih tidak pasti. Itu kabar dua minggu lalu. Pada minggu lalu, kami dapat informasi juga dari AstraZeneca Indonesia, bahwa mereka pun berubah jadwal, yang rencananya (kirim) 50 juta vaksin tahun ini, mereka undurkan hanya bisa 20 juta dosis dan 30 juta sampai tahun depan kuartal kedua," ungkap Budi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (8/4/2021).
"Tentunya, bukan sesuatu hal yang bisa kami terima. Kami langsung melakukan komunikasi dengan pihak AstraZeneca. Jadi, (kalau dihitung) ada 100 juta dosis vaksin yang sampai sekarang menjadi agak tidak pasti jadwalnya (kedatangan)."
Dengan demikian, informasi terakhir dari AstraZeneca Indonesia, rencana kedatangan vaksin yang dilakukan di 2021, hanya bisa 20 juta pada tahun 2021 dan diundurkan 30 juta dosisnya pada 2022.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kedatangan Vaksin AstraZeneca dari COVAX-GAVI yang Pertama Kali Terganggu
Kedatangan vaksin AstraZeneca ke Indonesia, lanjut Budi Gunadi Sadikin, pertama kali yang terganggu adalah melalui skema COVAX-GAVI. Adanya embargo vaksin dari negara produsen menjadi penyebabnya.
"Yang bermasalah pertama kali adalah COVAX-GAVI, karena adanya embargo dari India, sehingga suplai AstraZeneca paling besar dari India mengalami hambatan," lanjutnya.
"Oleh karena itu, GAVI akhirnya merealokasi vaksin yang harusnya kita terima 11 juta dosis pada Maret-April 2021, ditunda semuanya pada bulan Mei (untuk yang kedatangan 11 juta). Kita hanya dapat 1 juta dosis."
Terganggunya suplai vaksin AstraZeneca berujung ketersediaan vaksin di Tanah Air ikut berkurang. Pada April 2021, Bio Farma juga sedang melakukan pembaruan dan perawatan mesin vaksin, produksi Sinovac dari bahan baku (bulk) menurun.
"Bulan April ini, kebetulan Bio Farma akan melakukan regular maintenance dari kapasitas pabriknya, yang setiap enam bulan sekali harus dilakukan secara rutin, sehingga di bulan April ini memang produksinya di titik terendah," kata Menkes Budi.
Di sisi lain, rencana awal, Indonesia membutuhkan 420 juta-an dosis vaksin COVID-19 untuk vaksinasi yang selesai kuartal pertama 2022. Namun, atas permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mempercepat vaksinasi pada tahun 2021.
Kata Budi, ada beberapa alternatif atau opsi pada 2022 digeser pada tahun 2021, salah satunya penambahan vaksin Sinovac.
"Jadi, Sinovac yang September 2021 sudah selesai (pengadaan) akan kami tambah. Ini juga merupakan vaksin yang diproduksi oleh Bio Farma untuk menutupi sekitar 70 juta yang tadinya kami rencanakan ada di kuartal pertama 2022 untuk bisa mempercepat penyuntikkan di tahun 2021," imbuhnya.
Advertisement