IHSG Kembali ke Posisi 6.100, Investor Asing Buru Saham BBRI hingga BBCA

Pada pra pembukaan perdagangan saham, IHSG naik 0,49 persen atau 29,99 poin ke posisi 6.101.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Apr 2021, 10:20 WIB
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan kenaikan pada perdagangan saham Jumat, (9/4/2021). Hal itu juga didukung dari bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang menguat tajam.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, IHSG naik 0,49 persen atau 29,99 poin ke posisi 6.101. Pada pukul 09.00 WIB, IHSG menguat 0,56 persen ke posisi 6.105. Indeks saham LQ45 menanjak 0,55 persen ke posisi 012. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.

Pada awal pembukaan, IHSG bergerak di kisaran 6.113-6.092. Sebanyak 179 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 100 saham melemah dan 198 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 63.533 kali dengan volume perdagangan 1,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 735,7 miliar. Investor asing beli saham Rp 109,50 miliar di pasar regular. Posisi dollar AS terhadap rupiah di kisaran Rp 14.520.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian turun 0,05 persen, sektor saham tambang susut 0,14 persen dan sektor saham perdagangan melemah 0,07 persen.

Sektor saham keuangan mendaki 0,75 persen dan catat penguatan terbesar. Diikuti sektor saham barang konsumsi menguat 0,41 persen dan sektor saham industri dasar menanjak 0,20 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Gerak Saham

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham catat top gainers antara lain saham CITY melonjak 29,84 persen, saham BMAS meroket 21,69 persen, saham MYTX mendaki 15,84 persen, saham BBHI meroket 15,52 persen, dan saham TMPO mendaki 13,97 persen.

Selain itu, saham-saham yang melemah antara lain saham CBMF turun 7 persen, saham BBSI merosot 6,84 persen, saham PSGO turun 6,52 persen, saham PBSA tergelincir 6,52 persen, dan saham FMII susut 6,14 persen.

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham BMRI sebesar Rp 37,8 miliar, saham BBRI sebesar Rp 30,5 miliar, saham BBCA sebesar Rp 30,2 miliar, saham BBNI sebesar Rp 25 miliar, dan saham GGRM sebesar Rp 4,5 miliar.

Lalu saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham ASII sebesar Rp 5,5 miliar, saham TLKM sebesar Rp 4,5 miliar, saham AMRT sebesar Rp 2,9 miliar, saham CTRA sebesar Rp 2,8 miliar dan saham BJTM sebesar Rp 1,3 miliar.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,61 persen, indeks saham Shanghai tergelincir 0,77 persen dan indeks saham Taiwan melemah 0,46 persen. Indeks saham Korea Selatan susut 0,30 persen. Indeks saham Jepang Nikkei aik 0,35 persen.

Mengutip Ashmore Asset Management Indonesia, bursa saham Amerika Serikat atau wall street ditutup menguat pada Kamis, 8 April 2021 setelah klaim pengangguran Amerika Serikat naik tak terduga.

Ketua bank sentral Amerika Serikat Jerome Powell menekankan, pemulihan ekonomi masih belum lengkap. Dengan demikian memperkuat dukungan untuk kebijakan bank sentral AS ke depan. 6 dari 11 kelompok industri naik yang dipimpin saham teknologi dan konsumsi. Sedangkan sektor saham energi dan properti turun.

Lonjakan klaim pengangguran AS menunjukkan pasar tenaga kerja masih memiliki jalan panjang sebelum pemulihan penuh mengurangi kekhawatiran investor kalau ekonomi akan berjalan terlalu panas dan menyebabkan inflasi tidak stabil.

Sementara itu, Gedung Putih memandang serangan partai Republik terhadap proposal Presiden AS Joe Biden untuk memakai kenaikan pajak perusahaan membayar program infrastruktur sebagai argument yang kalah dalam pertarungan untuk opini publik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya