Liputan6.com, Jakarta Otoritas kesehatan Filipina menangguhkan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca untuk orang-orang berusia di bawah 60 tahun. Hal ini terkait dengan laporan pembekuan darah di Eropa.
Sebelumnya, beberapa negara Eropa menunda pemakaian vaksin AstraZeneca pada kelompok usia yang lebih muda, terkait European Medicines Agency yang memasukkan pembekuan darah ke dalam kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) langka dari vaksin tersebut.
Advertisement
Dikutip dari Straits Times pada Jumat (9/4/2021), Rolando Enrique Domingo, Kepala Food and Drug Administration (FDA) Filipina mengatakan bahwa sejauh ini sebenarnya tidak ada laporan efek samping merugikan tersebut di negara itu.
"Meski kami tidak melihat insiden ini, FDA merekomendasikan penangguhan sementara penggunaan vaksin bagi orang di bawah 60 tahun sembari kita menunggu hasil kajian yang dilakukan pakar dalam negeri, serta petunjuk resmi WHO," kata Domingo dikutip dari CNA.
"Penangguhan sementara ini tidak berarti vaksin itu tidak aman atau tidak efektif. Ini hanya berarti kami mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan keamanan setiap warga Filipina," kata Domingo pada Kamis waktu setempat.
Filipina sendiri telah menerima 525.600 dosis vaksin AstraZeneca dari COVAX. Sebanyak sekitar 2,6 juta dosis lain yang didapat melalui pembelian langsung dari perusahaan akan dikirim pada bulan depan.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Penggunaan Vaksin AstraZeneca Masih Direkomendasikan
Dari 2,5 juta dosis vaksin COVID-19 yang telah tersedia di Filipina, kebanyakan berasal dari perusahaan China, Sinovac.
Negara tersebut sejauh ini telah memberikan sekitar 923 ribu dosis vaksin dari dua produsen tersebut. Mereka berencana melakukan vaksinasi pada 70 juta dari 108 juta populasi tahun ini.
World Health Organization (WHO) area Pasifik Barat mengatakan bahwa mereka masih mendukung penggunaan vaksin AstraZeneca di wilayahnya.
"Data yang tersedia tidak menunjukkan peningkatan menyeluruh kondisi pembekuan pada populasi yang divaksinasi dibandingkan dengan populasi umum," kata Socorro Escalante, WHO Essential Medicines Coordinator.
EMA sendiri tidak mengeluarkan rekomendasi batasan usia seperti yang dilakukan beberapa negara. Mereka menyarahkan keputusan penggunaan kepada negara-negara anggotanya.
EMA hanya menyatakan bahwa di sebagian besar kasus yang dilaporkan terjadi pada wanita di bawah 60 tahun dalam dua pekan usai vaksinasi. Namun mereka belum bisa mengidentifikasi faktor risiko spesifik berdasarkan informasi yang tersedia sekarang.
"Risiko kematian akibat COVID jauh lebih besar daripada risiko kematian akibat efek samping ini," kata Emer Cooke, Direktur Eksekutif EMA, yang masih menyarankan penggunaannya.
Advertisement