Garut Sambut Ramadan dengan Defisit 3 Komoditas

Hanya ikan dan susu yang surplus, yang lainnya mulai daging sapi, daging ayam hingga telur semuanya defisit dengan angka cukup besar.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 10 Apr 2021, 20:00 WIB
Selain telur dan daging ayam, daging sapi juga menjadi salah satu komoditas protein hewani yang masih menunjukan angka defisit bagi persediaan kebutuhan masyaraat Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Menjelang datangnya ramadan tahun ini, masyarakat Garut, Jawa Barat masih menggantungkan pemenuhan tiga komoditas daging sapi, daging ayam dan telur ayam, dari pasokan luar daerah termasuk importasi negara lain.

Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Garut Yudi Hernawan mengatakan, sebagai pusat produsen sejumlah komoditas pertanian unggulan di Jawa Barat, kabupaten Garut menyimpan kendala soal minimnya pasokan komoditas protein hewani.

“Hanya ikan dan susu yang surplus, yang lainnya mulai daging sapi, daging ayam hingga telur semuanya defisit dengan angka cukup besar,” ujarnya, Jumat (9/4/2021).

Menurut Yudi, ketergantungan masyarakat Garut terhadap komoditas daging sapi, daging ayam dan telur cukup tinggi. Tak ayal saat suplai terganggu, terjadi fluktuasi harga yang cukup memberatkan masyarakat kota Intan.

“Seperti saat ini harga ayam sudah mulai mendekati Rp 38 ribu dari sebelumnya Rp 33 ribu per kilogram,” kata dia.

Lembaganya mencatat, ketersediaan daging sapi yang berasal dari peternakan rakyat medio Januari-Mei 2021 hanya mencapai 442 ton, sementara kebutuhan masyarakat mencapai 1.790 ton, atau defisit hingga 1.544 ton.

“Itu angka defisit cukup besar untuk kebutuhan daging sapi,” kata dia.

Kemudian, ketersediaan daging ayam pada kurun yang sama mencapai 1.231 ton sedangkan kebutuhan masyarakat mencapai 9.614 ton atau defisit sekitar 8.383 ton.

“Biasanya daging ayam Garut dipasok dari Tasik, Ciamis, Kota Banjar, Bandung hingga Subang baik segar ataupun beku,” kata dia.

Sedangkan ketersediaan telur ayam yang diperoleh dari peternak ayam petelur di Garut pada periode yang sama, hanya mencapai 586 ton dengan kebutuhan mencapai 7.501 ton atau defisit 6.916 ton.

“Untuk telur ayam biasanya dipasok dari wilayah Jawa Tengah, hingga Blitar di Jawa Timur,” kata dia.

Sebagai salah satu kawasan pertanian yang cukup subur, Yudi berharap pemenuhan ketiga komoditas itu bisa segera ditanggulangi pemerintah daerah, yang disiapkan melalui rencana jangka panjang pembangunan daerah.

“Padahal untuk sapi pedaging kita bisa mengembangkan kawasan baru, begitu pun peternakan ayam baik pedaging maupun petelur,” kata dia.

Simak video pilihan berikut

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya