Syakir Daulay Jadi Presiden Ikatan Jomblo Terhormat, Ngaku Terampil Atur Uang Sejak Merantau ke Jakarta

Syakir Daulay berbagi romantika saat menjadi anak pesantren. Mengaku bukan dari keluarga berada, ia berjuang dari nol di dunia seni.

oleh Wayan Diananto diperbarui 11 Apr 2021, 08:51 WIB
Syakir Daulay. (Foto: Instagram @syakirdaulay)

Liputan6.com, Jakarta Menilik akun Instagram terverifikasi Syakir Daulay yang diikuti 5,8 juta orang, ada keterangan menarik di bagian profilnya. Ia menulis dengan huruf kapital Presiden Ijo Tomat. Rupanya, Ijo Tomat singkatan dari Ikatan Jomblo Terhormat.

Ini disampaikannya dalam Podcast bareng Soraya Larasati di kanal YouTube Bank Syariah Indonesia, 9 April 2021. “Tapi Syakir bukan sembarang jomblo karena Syakir mendeklarasikan diri sebagai Presiden Ijo Tomat, Ikatan Jomblo Terhormat,” kata Syakir Daulay.

Sang aktor menceritakan, jomblo terhormat tak akan membiarkan diri dijajah kegalauan. Jomblo terhormat mengasah kemampuan dan terlibat dalam banyak kegiatan positif. Bicara soal kemampuan, Syakir Daulay terampil mengelola uang sejak kecil.

 


Dari Aceh ke Jakarta

Syakir Daulay. (Foto: Instagram @syakirdaulay)

“Kalau Syakir, dulu pertama kali mengelola keuangan ketika merantau dari Aceh ke Jakarta, waktu itu tahun 2009. Nah, 2009 itu umurnya masih 8 tahun merantau ke Jakarta karena waktu itu mau belajar Al-Qur’an,” cerita Syakir Daulay.

“Sampai kemudian tahun 2010 dan 2011, usia 12 tahun masuk pesantren, milik ustaz Yusuf Mansur. Beasiswa tuh, alhamdulillah. Tiap bulan biasanya (para santri) pada dikirimi orangtua,” bintang film Surga Menanti dan Mariposa menyambung.


Ogah Susahkan Orangtua

Syakir Daulay. (Foto: Instagram @syakirdaulay)

Kala itu Syakir Daulay merasakan gaya hidup di Aceh dan Jakarta beda jauh. Uang 300 ribu rupiah misalnya, bisa untuk hidup beberapa minggu di Serambi Makkah. Di Ibu Kota, bisa habis dalam beberapa hari saja.

“Syakir tidak mau menyusahkan orangtua. Jadi berawal dari enggak mau menyusahkan orangtua. Ah gue harus kelola uang nih, enggak tega melihat orangtua berutang dan enggak pengin. Uang 300 ribu (kiriman orangtua) enggak dipakai jajan dulu,” kenangnya.

 


Jual Jersei ke Anak Pesantren

Syakir Daulay. (Foto: Instagram @syakirdaulay)

Musim Piala Dunia, Syakir Daulay membawa sebagian uang itu ke Tanah Abang Jakarta buat belanja jersei lalu di jual ke kawan-kawan pesantren. Mengambil untung 50 ribu rupiah, ia merasakan nikmatnya bekerja. Dalam obrolan itu, Syakir Daulay mengaku dirinya Gen-Sy.

Gen-sy yakni generasi baru yang melihat pentingnya keseimbangan hidup antara duniawi dan rohani. Istilah ini kali pertama dicetus Managing Partner Inventure, Yuswohady dan SVP of Corporate Secretary and Marketing Communications Group Bank Syariah Indonesia, Ivan Ally.

“Masa muda tidak lepas dari menjalani passion, mencari jati diri, dan bereksplorasi. Gen-Sy menjalani itu semua, tapi tetap menjaga keseimbangan. Tetap hangout di coffee shop, namun tidak lupa punya perencanaan untuk beli rumah misalnya,” kata Ivan. 


Kebutuhan dan Keinginan

Syakir Daulay. (Foto: Instagram @syakirdaulay)

Syakir Daulay memilih gaya hidup sederhana di masa muda agar tak kesulitan finansial pada masa tua. “Menurut saya, memenuhi kebutuhan hidup itu lebih baik daripada memenuhi keinginan untuk dipamerkan,” aktor kelahiran Bireuen, 10 Januari 2002, berpendapat.

Berkaca pada pengalaman, Syakir Daulay berupaya bijak mengatur uang dan ritme hidup. “Kalau kita terbiasa (mengelola uang dan hidup) teratur, nanti ke depan enggak bingung. Hidupnya jadi enggak banyak utang, puyeng soal uang,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya