Lia Eden Pimpinan Kelompok Salamullah Meninggal Dunia

Pimpinan kelompok Salamullah Lia Aminuddin alias Lia Eden meninggal dunia. Kabar tersebut dibagikan dalam akun Facebook Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk).

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 11 Apr 2021, 12:29 WIB
Lia Aminnuddin datang menyambangi kantor KPK bersama dengan jamaahnya, Jakarta, Senin (16/2/15). Kedatangan LIa Eden untuk mendoakan KPK.(Liputan6.com/Faisal R syam)

Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan kelompok Salamullah Lia Aminuddin alias Lia Eden meninggal dunia. Kabar tersebut dibagikan dalam akun Facebook Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk).

"Selamat jalan, Lia Eden. Beristirahatlah dalam kemenangan yang mahadamai. Estafet perjuanganmu berlanjut senantiasa: urusan setiap warga dengan Tuhannya tidak bisa dibatasi dan dikurangi oleh negara, apalagi dipenjara," tulis akun tersebut seperti dikutip Liputan6.com, Minggu (11/4/2021).

Lia Eden sudah beberapa kali menggemparkan Indonesia. Dia membuat geger pada 1997 usai mengaku mendapat wahyu dari Malaikat Jibril sehingga dia mempelajari aliran lintas agama. Meski beragama Islam, dia kemudian mempelajari agama Kristen.

Dia juga mempelajari reinkarnasi dalam ajaran Hindu dan mengklaim sebagai titisan Bunda Maria. Dia pun menyatakan putranya, Ahmad Mukti sebagai Yesus Kristus.

Dia pun mendeklarasikan agama baru, Salamullah. 

Beberapa ajaran Salamullah yang membuat heboh antara lain, salat dalam dua bahasa sah, mengonsumsi babi halal, dan mengadakan ritual penyucian.

Pada Agustus 1999 silam, Lia bersama 75 orang jemaah Salamullah menggelar ritual perang melawan Ratu Pantai Selatan Nyi Roro Kidul. Dilakukan di bibir pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Tujuannya, membasmi Nyi Roro Kidul, tokoh mitologi Samudera Hindia yang dianggap simbol kemusyrikan.

"Allahu Akbar. Lepaskanlah hamba dari kutukan Roro Kidul," Lia Eden saat itu berteriak di hadapan 75 jemaah Salamulah, usai bersama menggelar salat selama 45 menit.

Sambil berteriak, Lia menghunus sebilah keris di depan dadanya. Heroik. Namun tak ada yang tahu bagaimana sesungguhnya luka yang diakibatkan keris itu. Toh Lia juga dikenal mampu menyembuhkan orang sakit.

"Saya mendapat karunia besar dari Allah," kata Lia.

Pengakuannya ini diperkuat dengan pengakuan lain bahwa ia tak pernah belajar tentang pengobatan. Menurutnya, kemampuannya itu didapat usai salat tahajjud. Lia Eden merasa tubuhnya menggigil dan berkeringat. Kemudian tangannya seperti dituntun untuk mengobati orang sakit.

"Pegangan saya selama pengobatan hanya Surat Al-Fatihah," kata Lia sang pemimpin Tahta Suci Eden saat itu.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hijrah

Sebelum ngetren istilah berhijrah, Lia Eden sendiri secara berbusana sudah beberapa kali mengubah gaya. Ia sudah "berhijrah". Awal kemunculannya, Lia mengenakan kerudung atau hijab yang ketat. Kemudian mulai Januari 2005, semua ia lepas.

Lia memilih menggunduli kepalanya. Tak dibiarkan sehelai rambutpun tumbuh di kepalanya. Pakaiannya juga lebih mendekati gaya ethical fashion, yakni mengenakan bentangan kain putih 7 meter yang hanya dililit-lilit. Tanpa mutilasi kain dengan gunting, juga tanpa luka lubang jarum akibat jahitan.

Gaya berpakaian Lia diikuti para pengikutnya. Sebagai aksesoris, ada simbol mahkota surga dan tanda lulus ujian Tuhan.

 


Dipenjara

Kerajaan Tahta Suci Eden pernah dianggap kerajaan aneh cenderung sesat. Ini mengingat Lia pernah dipenjara pada 29 Juni 2006 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat selama 2 tahun karena dianggap terbukti menodai agama, melakukan perbuatan tak menyenangkan, dan menyebarkan kebencian.

Saat itu Lia berkomentar cukup nyeleneh. "Kalau saya dibebaskan, saya akan memohon kepada Tuhan supaya lumpur di Sidoarjo dan Gunung Merapi bisa reda. Jika saya tidak bisa membuktikan, biarlah saya dihukum mati."

Kemudian pada 2 Juni 2009 Lia juga dipenjara 2 tahun 6 bulan. Dia dinilai terbukti menista dan menodai agama. Vonis itu setelah polisi menyita ratusan brosur yang dinilai berisi penistaan agama.

 


Ibu Rumah Tangga

Dilahirkan dan diberi nama asli Syamsuriati pada 21 Agustus 1947 di Surabaya. Ibunya bernama Zainab, dan bapaknya bernama Abdul Ghaffar Gustaman, seorang pedagang dan pengkhutbah Islam.

Sebelum dianggap aneh, Lia adalah seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai perangkai bunga. Namanya sempat ngetop setelah mempunyai acara khusus tentang merangkai bunga di TVRI.

Berbagai sumber menulis, Lia mengaku perubahan terjadi saat dia melihat sebuah bola bercahaya kuning berputar di udara dan lenyap di atas kepalanya. Hal ini terjadi sewaktu dia sedang bersantai dengan kakak mertuanya di kawasan Senen, Jakarta Pusat pada 1974.

Peristiwa ajaib kedua yang mampu mengubah prinsip hidupnya terjadi pada malam 27 Oktober 1995. Saat itu ia salat dan merasakan kehadiran pemimpin rohaninya, Habib al-Huda. Sang pemimpin rohani ini akhirnya mengaku sebagai Malaikat Jibril. Setelah itu Lia Eden mengaku dia menerima bimbingan Malaikat Jibril secara terus menerus sejak 1997.

Selama proses bimbingan, Lia Eden harus melewati berbagai ujian. Termasuk pengakuan-pengakuan kontroversial yang harus dinyatakannya kepada masyarakat atas perintah Jibril.

Dalam penyuciannya, ia mengatakan, Tuhan menyatakan Lia Eden sebagai pasangan Jibril sebagaimana ditulis di dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Dan ia mengatakan bahwa dialah yang dinyatakan Tuhan sebagai sosok surgawi-Nya di dunia.

Lia merasa sebagai penyebar wahyu Tuhan dengan perantaraan Jibril. Berbagai karya ia lahirkan, lagu, puisi, syair dan juga buku 232 halaman berjudul, "Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir" yang ditulis dalam waktu 29 hari.

 


Dinyatakan Sesat

Pada 1998, Lia menyebut dirinya Imam Mahdi yang muncul di dunia sebelum hari kiamat untuk membawa keamanan dan keadilan di dunia. Lia menyebut dirinya sebagai reinkarnasi Bunda Maria dan mengatakan bahwa anaknya, Ahmad Mukti, adalah reinkarnasi Yesus Kristus.

Lia sukses meyakinkan banyak orang, mulai dari para pakar budaya, golongan cendekiawan, artis musik, aktor teater, dan juga pelajar. Mereka semua dibaptis sebagai pengikut Salamullah.

Pada Desember 1997, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah melarang perkumpulan Salamullah ini karena ajarannya dianggap telah menyelewengkan kebenaran mengenai ajaran Islam.

Kelompok ini lalu membalas balik dengan mengeluarkan "Undang-undang Jibril" (Gabriel's edict) yang mengutuk MUI karena menganggap MUI berlaku tidak adil dan telah menghakimi mereka dengan sewenang-wenang.

Kelompok Salamullah mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir tetapi juga mempercayai bahwa pembawa kepercayaan yang lain seperti Buddha Gautama, Yesus Kristus, dan Kwan Im akan muncul kembali di dunia.

Sejak 2003, kelompok Salamullah memegang kepercayaan bahwa setiap agama adalah benar kebenaran. Kemudian berubah nama yang kini dikenal sebagai Kaum Eden.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya