Studi di Israel: Varian Corona Afrika Selatan Bisa Menjebol Pertahanan Vaksin Pfizer

Sementara untuk varian dari Inggris, studi ini menunjukkan vaksin COVID-19 Pfizer masih kurang efektif apabila baru diberikan satu dosis saja

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Apr 2021, 10:00 WIB
Orang-orang yang memakai masker menunggu untuk menerima vaksin virus corona COVID-19 di Pusat Vaksinasi COVID-19, Yerusalem, Senin (4/1/2021). Capaian vaksinasi di Israel merupakan yang tertinggi di dunia untuk saat ini. (AP Photo/Oded Balilty)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi di Israel melaporkan bahwa varian virus corona COVID-19 yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan, masih mampu "menjebol" sebagian vaksin Pfizer/BioNTech.

Dalam studi yang dirilis Sabtu waktu setempat, para ilmuwan membandingkan insiden pada dua varian corona SARS-CoV-2, B1351 dari Afrika Selatan dan B117 dari Inggris, di antara pasien positif COVID-19 yang divaksinasi dan yang tidak.

Dikutip dari Insider pada Senin (12/4/2021), para ilmuwan Tel Aviv University dan penyedia layanan kesehatan Clalit, melakukan studi pada hampir 400 orang.

Mereka juga memperhitungkan pasien yang divaksinasi sebagian (mendapat satu dosis) dan yang divaksinasi penuh (dua dosis).

Dalam studi yang belum mendapatkan ulasan sejawat ini, mereka melaporkan bahwa varian Afrika Selatan B1351 delapan kali lebih umum ditemukan pada pasien yang divaksinasi. 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Bisa Menembus Perlindungan Vaksin

Staf medis menyiapkan vaksin virus corona COVID-19 Pfizer di Pusat Vaksinasi COVID-19, Yerusalem, Jumat (8/1/2021). Israel memperketat lockdown nasional dengan membatasi pertemuan publik selama dua minggu mulai Jumat. (AP Photo/Ariel Schalit)

Sementara strain Inggris B117 lebih umum di antara pasien yang divaksinasi sebagian, meskipun mereka yang mendapat vaksinasi lengkap menunjukkan peningkatan perlindungan dari strain itu.

"Kami menemukan tingkat yang lebih tinggi dari varian Afrika Selatan di antara orang yang divaksinasi dengan dosis kedua, dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi," kata Adi Stern, pimpinan studi dari Tel Aviv University.

"Ini berarti varian Afrika Selatan bisa, hingga batas tertentu, menembus perlindungan dari vaksin," Stern menambahkan, seperti dikutip dari Aljazeera.

Dalam beberapa studi sebelumnya, dilaporkan bahwa vaksin Pfizer masih kurang ampuh terhadap varian B1351 dibandingkan virus COVID-19 lainnya, meskipun masih menawarkan perlindungan yang kuat.


Bukan untuk Menentukan Efektivitas

Seorang pria menerima vaksin virus corona COVID-19 dari staf medis di Pusat Vaksinasi COVID-19, Yerusalem, Senin (4/1/2021). Israel telah memberikan vaksin virus corona COVID-19 kepada lebih dari satu juta orang. (AP Photo/Oded Balilty)

Meski begitu, para peneliti mengingatkan bahwa studi ini hanya memiliki sampel kecil dari orang yang terinfeksi varian Afrika Selatan, mengingat jumlahnya yang kecil di Israel.

Mereka juga mengatakan penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menyimpulkan efektivitas vaksin secara keseluruhan terhadap varian apapun, karena hanya melihat seseorang yang sudah dites positif COVID-19, dan bukan pada tingkat penularan secara keseluruhan.

Israel sendiri telah melakukan vaksinasi pada sekitar 80 persen populasinya, dengan hampir 53 persen populasi telah menerima suntikan kedua vaksin Pfizer. Studi tersebut melaporkan hanya 1 persen dari total kasus di penelitian ini, yang merupakan varian Afrika Selatan.

Stern mengatakan, meski hasil studi menimbulkan kekhawatiran, tapi prevalensi rendah dari varian Afrika Selatan cukup menggembirakan.

"Bahkan jika varian Afrika Selatan berhasil menembus perlindungan vaksin, itu belum menyebar secara luas ke seluruh populasi," katanya seraya menambahkan, kemungkinan varian Inggris "menghalangi" penyebaran strain Afrika Selatan.


Infografis Waspada Varian Corona B117 Terdeteksi di Indonesia

Infografis Waspada Varian Corona B117 Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya