Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS Bikin Rupiah Keok ke 14.612 per Dolar AS

Rupiah dibuka di angka 14.575 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya

oleh Tira Santia diperbarui 12 Apr 2021, 11:29 WIB
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada awal pekan ini. Rupiah diprediksi terus tertekan akibat kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.

Mengutip Bloomberg, Senin (12/4/2021), rupiah dibuka di angka 14.575 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.565 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus terdepresiasi ke 14.612 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.575 per dolar AS hingga 14.620 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 4 persen.

"Kenaikan yied US treasury dan indeks dolar kemungkinan akan membebani pergerakan rupiah," kata analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail dikutip dari Antara, Senin (12/4/2021).

Ahmad mengatakan, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kemungkinan naik ke level 1,68 persen. Para pelaku pasar berekspektasi data Producer Price Index (PPI) AS yang meningkat kemungkinan akan mendorong data Consumer Price Index (CPI) AS dalam beberapa bulan ke depan.

"Minggu ini para pelaku pasar akan menanti data-data inflasi di AS bulan Maret untuk melihat arah pergerakan yield US treasury," ujar Ahmad.

Sementara indeks dolar kemungkinan menguat ke level 92,4 seiring dengan semakin membaiknya data-data ekonomi AS yang kemungkinan mengalahkan laju ekonomi negara-negara Eropa yang kemungkinan akan menekan euro terhadap dolar AS.

Data PPI Maret di AS yang naik 1 persen (yoy) lebih tinggi dari konsensus sebesar 0,4 persen (yoy) menunjukkan semakin membaiknya aktivitas produksi di AS dengan serangkaian stimulus fiskal dari pemerintah federal. Sementara itu Uni Eropa masih berkutat dengan kenaikan kasus COVID-19.

"Kenaikan yield US treasury dan indeks dolar diperkirakan berlanjut dan menekan nilai tukar rupiah," kata Ahmad.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Sentimen Dalam Negeri

Petugas menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Rupiah dibuka di angka 13.355 per dolar AS, melemah tipis dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.341 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari dalam negeri, lanjut Ahmad, minimnya sentimen positif terhadap rupiah kemungkinan mendorong pelemahan rupiah hari ini.

Para pelaku pasar juga akan menanti data neraca perdagangan Indonesia minggu ini. Surplus neraca perdagangan kemungkinan menurun pada Maret menjadi 1,5 miliar dolar AS dibandingkan Februari sebesar 2,01 miliar dolar AS disebabkan kenaikan impor pada Maret.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar dengan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) diperkirakan melemah ke level Rp14.600 per dolar AS.

Pada Jumat (9/4), rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.565 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.535 per dolar AS. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya