Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis informasi mengenai gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 dengan kedalaman 60 kilometer di wilayah perairan Selatan Malang atau yang kemudian disebut ‘gempa Selatan Malang’ pada Sabtu, 10 April 2021.
Kepala Bidang Mitigasi gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut, zona gempa Selatan Malang memang merupakan kawasan aktif.
Advertisement
"Zona Gempa Selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan," ujar Daryono, melalui keterangan tertulis, Minggu, 11 April 2021.
Dia pun mengatakan, pengulangan gempa bumi yang terjadi di Selatan Malang tersebut sekaligus menjadi fenomena yang patut diwaspadai.
Menurut Daryono, setidaknya ada gempa susulan (aftershock) 8 kali yang terjadi dari gempa utama (mainshock) berkekuatan M 6,1 pada Sabtu, 10 April 2021.
"Hingga hari Minggu pagi ini, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa susulan sebanyak 8 kali, dengan magnitudo berkisar 3,1 hingga 5,3," kata Daryono.
Selain itu menurut Daryono, gempa susulan yang terjad itu merupakan jenis gempa menengah akibat adanya deformasi atau patahan pada bagian Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi atau menunjam ke bawah Pulau Jawa.
Berikut sederet penjelasan BMKG terkait gempa bumi yang mengguncang wilayah Kabupaten Malang dihimpun Liputan6.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Berkategori Menengah
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan gempa magnitudo 6,7 setelah dimutakhirkan menjadi 6,1 di barat daya Kabupaten Malang termasuk kategori menengah.
Berdasarkan hasil analisis BMKG, gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi," kata Dwikorita dalam YouTube InfoBMKG, Sabtu, 10 April 2021.
Dia menambahkan, gempa tak berpotensi tsunami. Namun, getarannya dirasakan dari Malang hingga sejumlah wilayah di luar Jawa Timur.
Dwikorita menyebut daerah Turen, getaran gempa dengan intensitas V MMI artinya getaran dirasakan hampir semua penduduk dan orang banyak merasakan hal tersebut.
Kemudian intensitas IV juga dirasakan di daerah Karangkates, Blitar. Artinya guncangan ini dirasakan oleh orang banyak yang ada di dalam rumah.
"Kemudian, dirasakan juga di Kediri, Trenggalek, Jombang dengan intensitas 3 sampai 4 MMI. Kemudian dirasakan di Nganjuk, Ponorogo, Ngawi, Yogjakarta, Lombok Barat, Mataram, Kuta, Jimbaran, Denpasar dengan intensitas 3 MMI. Artinya getaran dirasakan di dalam rumah dan terasa getaran tersebut seakan-akan seperti truk berlalu," papar dia.
Selanjutnya gempa juga dirasakan di Mojokerto, Klaten, Lombok Utara, Sumbawa, Tabanan, Klungkung, Banjarnegara dengan skala 2 MMI.
"Getaran tersebut dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda yang ringan ini bergoyang," jelas dia.
Advertisement
2. Tidak Pengaruhi Aktivitas Gunung Api
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa yang terjadi di Malang, Jawa Timur tak memicu aktifnya gunung api.
"Gempa selatan Malang ini kemungkinan sangat kecil untuk dapat memicu aktifnya gunung api, kecuali gunung api tersebut memang sedang aktif," kata Daryono.
Menurutnya, gempa tektonik akan sulit mempengaruhi gunung api yang sedang tidak aktif.
"Jika gunung api sedang tidak aktif maka gempa tektonik akan sulit mempengaruhi aktivitas vulkanisme," ucap Daryono.
Dia mengakui bahwa wilayah selatan Kota Malang memang merupakan kawasan aktif gempa. Bahkan, Daryono, mengatakan gempa M 6,1 ini berdekatan dengan pusat gempa yang merusak Jawa Timur pada masa lalu.
"Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa Gempa Selatan Malang M6,1 ini berdekatan pusat gempa merusak Jawa Timur yang terjadi pada masa lalu, pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan 1972," kata Daryono.
3. Pergerakan Sesar Naik
Menurut Daryono, sumber gempa di Malang ini berupa pergerakan sesar naik (thrust fault) yang sensitif terhadap potensi tsunami. Namun, kedalaman gempa bermagnitudo 6,1 tidak begitu dalam sehingga tak berpotensi tsunami.
"Patut disyukuri bahwa gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 sehingga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut, sehingga gempa ini tidak berpotensi tsunami," kata dia.
Kendati begitu, tingkat guncangan gempa tersebut berpotensi merusak berbagai bangunan di wilayah terdampak. Terlebih, bangunan-bangunan yang tidak tahan gempa.
"Estimasi peta tingkat guncangan BMKG yang dikeluarkan 15 menit setelah gempa cukup akurat dan ternyata benar gempa ini banyak menimbulkan kerusakan bangunan rumah," tutur Daryono.
Advertisement
4. Delapan Kali Gempa Susulan
Kabupaten Malang, Jawa Timur kembali diguncang gempa pada Minggu pagi, 11 April 2021 pukul 06:54:58 WIB. Gempa susulan tersebut berkekuatan lebih kecil yakni magnitudo 5.5, ketimbang gempa yang terjadi sehari sebelumnya.
Daryono menjelaskan, kekuatan gempa susulan tersebut telah diperbarui menjadi magnitudo 5,3.
Episenter gempa terletak di laut pada jarak 71 km arah selatan Kota Kepanjen, Malang dengan kedalaman 102 km.
"Gempa susulan Jatim pagi ini merupakan jenis gempa menengah akibat adanya deformasi atau patahan pada bagian Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi atau menunjam ke bawah Pulau Jawa. Mekanisme sumber gempa menunjukkan terjadinya pergerakan naik (thrust fault)," kata Daryono dikutip dari akun Twitternya @DaryonoBMKG, Minggu.
Karena hiposenternya cukup dalam, kata Daryono, maka guncangan gempa susulan pagi ini dirasakan pada wilayah luas yakni beberapa daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta dengan skala MMI yang beragam.
Dia juga memastikan, gempa susulan tersebut tidak berpotensi tsunami. "Karena kekuatannya yang relatif kecil untuk dapat menjadi gempa pembangkit tsunami disamping memang hiposenternya yang cukup dalam, yaitu 102 km," terang dia.
Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa lindu yang terjadi pada Minggu pagi ini adalah gempa susulan (aftershock) ke-8 yang terjadi dari gempa utama (mainshock) berkekuatan M 6,1 pada Sabtu kemarin, 10 April 2021.
"Hingga hari Minggu pagi ini, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa susulan sebanyak 8 kali, dengan magnitudo berkisar 3,1 hingga 5,3," ucap Daryono.
5. Fenomena yang Patut Diwaspadai
Daryono mengatakan, episentrum gempa bumi Selatan Malang itu berdekatan dengan pusat gempa bumi merusak Jawa Timur pada masa lalu, yakni pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan 1972.
Zona gempa Selatan Malang tersebut memang merupakan kawasan aktif yang sering terjadi dan dirasakan.
"Zona Gempa Selatan Malang merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan,” ujar Daryono melalui keterangan tertulis.
Adapun menurut Daryono, pengulangan gempa bumi yang terjadi di Selatan Malang tersebut sekaligus menjadi fenomena yang patut diwaspadai.
Di sisi lain, hal itu sekaligus menjadi bukti bahwa apa yang telah disampaikan para ahli gempa bumi adalah benar.
"Gempa Selatan Malang yang destruktif merupakan alarm untuk kita semua bahwa ancaman sumber gempa bumi subduksi lempeng selatan Jawa yang selama ini didengungkan oleh para ahli gempa adalah benar. Kita patut waspada," jelas Daryono.
(Cinta Islamiwati)
Advertisement