Liputan6.com, New York - Bill Hwang, mengumpulkan kekayaan 20 miliar dollar AS (Rp 291,3 triliun), melalui investasi saham. Namun, hilang dalam 2 hari pada Maret 2021.
Hwang alumnus dari dana lindung nilai ternama, Tiger Management, memiliki sekitar US$ 200 juta (Rp 2,9 triliun) pada 2013 dan mengubahnya menjadi kekayaan bersih US$ 20 miliar (Rp 292,4 triliun) karena investasi yang sukses pada perusahaan teknologi, kata Bloomberg.
Advertisement
Namun, keuntungannya anjlok pada akhir Maret, ketika utangnya mulai bengkak dan banknya menjual sebagian besar sahamnya bernilai sekitar US$ 35 miliar (Rp 511,5 triliun), seperti yang dilansir dari Business Insider pada Jumat (9/4/2021).
Bloomberg mengutip sumber yang mengetahui investasi Hwang, melaporkan bahwa investasi awal Hwang dilakukan melalui perusahaan keluarga, Archegos Capital Management, di perusahaan pemesanan perjalanan Expedia, LinkedIn, dan Netflix, dengan mengantongi keuntungan terakhir sebesar $ 1 miliar (Rp 14,6 triliun).
Kemudian, investasinya melebar ke beberapa media konglomerat, seperti ViacomCBS dan Discovery. Dia juga menanam saham di perusahaan teknologi China, seperti Baidu dan GSX Techedu.
Hingga kuartal terakhir 2020, investasi Hwang membuat sahamnya melejit lebih dari 30 persen. Itu membuatnya tergiur untuk bermain lebih jauh. Namun, keuntungannya mulai anjlok pada 22 Maret, menyebabkan bank besar yang meminjamkan dana dan memproses perdagangannya meminta lebih banyak uang jaminan atau margin call.
Saksikan Video Berikut Ini:
Tergiur Melakukan Investasi Lebih Berakhir Bangkrut
Dengan Hwang tidak dapat menyediakan uang tunai, pihak bank investasi, Morgan Stanley menjual sekitar US$ 5 miliar (Rp 73 triliun) kepemilikan Archegos dengan harga diskon, diikuti Goldman dengan menjual sekian miliaran dolar saham perusahaan Archegos.
Beberapa bank tidak seperti Morgan Stanley dan Goldman yang begitu cepat merespon. Namun, Credit Suisse dan Nomura telah memperkirakan kerugian masing-masing sebesar 4,7 miliar dollar AS (Rp 68,7 trliun) dan 2 miliar dollar AS (Rp 29,2 triliun).
Alasan utama mengapa kekayaan Hwang runtuh secara spektakuler adalah karena dia menggunakan leverage yang besar. Artinya, Archegos meminjam banyak uang untuk mendanai investasinya, yang berarti menghadapi kerugian besar, ketika kondisi nilai saham jatuh. Gerard Cassidy, analis bank AS di RBC Capital Markets, mengatakan kepada Business Insider pada Maret.
"Leverage selalu menjadi pedang bermata dua. Dalam bull market, ketika harga naik, hal itu meningkatkan keuntungan Anda. Dan kemudian di pasar yang jatuh, seperti yang baru saja Anda lihat dalam kasus khusus ini, itu akan memotong kepalamu," terangnya.
Archegos tidak dapat dimintai komentar tetapi juru bicara Karen Kessler mengatakan kepada Reuters pada akhir Maret, "Ini adalah waktu yang menantang bagi kantor keluarga Archegos Capital Management, mitra dan karyawan kami."
"Semua rencana sedang dibahas saat Tuan Hwang dan tim menentukan jalan terbaik ke depan," katanya.
Reporter: Lianna Leticia
Advertisement