Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong percepatan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, Indonesia ditargetkan akan mendapat penambahan EBT sebesar 38 GW pada taun 2035 mendatang.
Advertisement
"Dan pengembangan ini juga akan membuka peluang ekspor listrik EBT melalui ASEAN Power Grid," ujar Ego dalam webinar Sambung Rasa Pemangku Kepentingan Sektor Energi, Senin (12/4/2021).
Ego melanjutkan, EBT juga akan diprioritaskan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang memiliki biaya investasi yang rendah. Nantinya, Nusa Tenggara Timur rencananya akan dijadikan lumbung energi surya.
Kemudian, upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat bauran EBT adalah dengan mengimplementasi Peraturan Presiden tentang harga EBT lalu melakukan pengembangan biomassa melalui kebun atau hutan energi, limbah pertanian dan sampah kota.
Pemerintah juga akan melakukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklit (PLTN) skala kecil dengan sistem remote.
"Kemudian, sinergi perizinan PLTA terkait UU sumber daya air, pungutan dan retribusi air dan penyediaan lahan juga dilakukan," kata Ego.
Pemerintah Target Hasilkan 101,6 Gigawatt dari Pembangkit Listrik EBT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pada tahun 2020, porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) yang dimiliki Indonesia masih berada di angka 11,2 persen.
Persentase ini mengalami peningkatan dari tahun 2019 yang sebesar 9,8 persen. Pemerintah tengah menyiapkan berbagai langkah untuk mendorong peningkatan bauran EBT ini.
"Untuk itu, diperlukan percepatan peningkatan pembauran EBT dengan fokus pemanfaatan EBT yang lebih cepat dengan harga kompetitif, mengingat negara-negara yang ada di bawah Indonesia (peringkat EBTnya) sudah menyiapkan program-program agresif untuk itu," jelas Arifin dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI, Senin (22/3/2021)
Arifin melanjutkan, salah satu langkah besar pemerintah untuk mengejar target bauran EBT 23 persen di tahun 2025 ialah dengan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik. Hingga tahun 2025, ditargetkan pembangkit listrik berkapasitas 101,6 GW, terdiri dari 72 GW kapasitas eksisting dan 29,6 GW sesuai draft RUPTL pemerintah.
Langkah-langkah terfokus lainnya ialah melakukan penambahan kapasitas EBT dengan fokus ke PLTS serta melakukan subsitusi energi primer dengan pemanfaatan B30, co-firing dan pemanfaatan RDF.
Kemudian, dilakukan pula konversi energi primer fosil, misalnya dari PLTD atau PLTU digantikan dengan PLT EBT, biogas dan pellet untuk memasak dan lainnya.
Langkah lainnya yaitu melakukan pemanfaatan EBT non listrik atau non BBN seperti briket/woodchip/pellet dan pengolahan dan pengeringan produk pertanian.
"Percepatan pengembangan EBT perlu mempertimbangkan realitas kebutuhan energi, keekonomian yang wajar dengan memberikan kesempatan pertama kepada energi terbarukan, meminimalkan intermittency factor," ujar Arifin.
Advertisement