5 Fakta Usai Kejadian Penembakan KKB yang Tewaskan Dua Guru di Papua

Dua guru menjadi korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.

oleh Devira PrastiwiLiputan6.com diperbarui 13 Apr 2021, 15:27 WIB
THUMBNAIL KKB PAPUA

Liputan6.com, Jakarta - Dua guru menjadi korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.

Keduanya ditembak KKB pada waktu yang berbeda. Oktavianus Rayo (40) menjadi korban penembakan pada Kamis, 8 April 2021 sedangkan Yonatan Renden (28) pada Jumat, 9 April 2021.

Saat hendak mengevakuasi kedua guru, kembali terjadi baku tembak antara polisi dengan KKB pada Sabtu 10 Maret 2021.

"Kami masih melakukan pengejaran, dan semalam terjadi kontak tembak pasca penembakan kedua (kepada guru). Kemarin malem terjadi kontak tembak," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal ketika dihubungi Merdeka, Minggu, 11 April 2021.

Dia menjelaskan, tak ada korban atas kejadian baku tembak tersebut. Dan saat ini pengejaran masih terus dilakukan.

"Sampai sekarang masih diburu, dan kita sudah tambahkan kekuatan lagi untuk pemburuan," terang Kamal.

Berikut fakta-fakta usai kejadian penembakan dua guru oleh KKB dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Polisi Evakuasi Jenazah 2 Guru

Komandan Sektor Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Kosiwo Kabupaten Kepulauan Yapen Papua, Noak Orarei menyatakan diri kembali ke NKRI. (foto: Divisi Humas Polri)

Jenazah dua orang guru korban penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Sabtu siang, 9 April 2021 dievakuasi ke Timika menggunakan penerbangan Dabi Air yang disewa Pemkab Puncak.

Dari Bandara Mozes Kilangin Timika, jenazah Oktovianus Rayo (42), guru yang bertugas di SD Jambul dan Yonathan Randen, guru yang bertugas di SMP Negeri 1 Beoga langsung dibawa ke RSUD Mimika menggunakan dua mobil ambulans diiringi ribuan warga Toraja di Kabupaten Mimika.

Ikut dievakuasi bersama jenazah kedua guru tersebut yaitu isteri dan anak almarhum Oktovianus Rayo, serta Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Beoga Junaedi Arung Salele yang selamat dari pembantaian oleh KKB.

Isak tangis warga Toraja dan keluarga korban tak terhindarkan saat jenazah kedua guru tersebut tiba di ruang jenazah RSUD Mimika.

"Jenazah kedua korban KKB tersebut akan dibersihkan dan diformalin oleh petugas kamar jenazah RSUD Mimika, sebelum diserahkan kepada pihak keluarga," kata Kabag Ops Polres Mimika AKP Roberth Hitipeuw, Sabtu, 10 April 2021 dilansir Antara.

Rencananya jenazah almarhum Oktovianus Rayo akan disemayamkan di rumahnya di kawasan Gang Tanete, Jalan Budi Utomo, Kelurahan Inauga.

Sementara, jenazah almarhum Yonathan Randen akan disemayamkan di rumah keluarganya di Jalan C Heatubun, Kelurahan Kwamki Timika.

"Soal kapan jenazah kedua korban akan dikebumikan, dari pihak keluarga yang menentukan," ujar Roberth.

 


Baku Tembak Kembali Terjadi

Personel TNI menjenguk korban penembakan KKB. (Dokumen Puspen TNI)

Terjadi baku tembak antara polisi dengan KKB usai penembakan dua guru dalam sepekan di distrik Distrik Beoga, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal mengatakan baku tembak terjadi saat petugas mengejar anggota KKB pada Sabtu 10 Maret 2021. Dia menjelaskan, tak ada korban atas kejadian tersebut.

"Kami masih melakukan pengejaran, dan semalam terjadi kontak tembak pasca penembakan kedua (kepada guru). Kemarin malem terjadi kontak tembak," kata Kamal ketika dihubungi Merdeka, Minggu, 11 April 2021.

 


Kejar Pelaku Penembakan

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) telah mengembalikan senjata api milik yang dirampas dari anggota TNI yang sedang mengawal tim s...

Menurut Kamal, pihaknya juga telah menambah personel guna memaksimalkan pengejaran terhadap para anggota KKB Papua yang terus melakukan teror.

"Sampai sekarang masih diburu, dan kita sudah tambahkan kekuatan lagi untuk pemburuan," terang dia.

 


Evakuasi Warga

Tenaga medis korban penembakan KKB Papua kritis. (Istimewa)

Selain melakukan pengejaran, Kamal menyampaikan, pihaknya sedang melakukan evakuasi terhadap para warga yang berada di distrik Beoga untuk dibawa ke tempat yang lebih aman.

"Selain melakukan pengejaran, kita juga sedang konsentrasi untuk mengevakuasi masyarakat dari Boega ke Intan jaya. Karena Beoga ke Intan Jaya lebih dekat, daripada dari Beoga ke Puncak," tutur Kamal.

Proses evakuasi juga dilakukan terhadap masyarakat pendatang yang berada di Distrik Beoga. Dia mengatakan alasan dievakuasinya para penduduk ke Intan Jaya, karena akses yang tidak mendukung untuk ke Puncak Jaya.

"Pasalnya tidak ada akses mumpuni untuk ke Puncak. Kita juga evakuasi warga masyarakat pendatang, karena korban kemarin itu juga warga pendatang ya," jelasnya.

"Maka warga di sana kita evakuasi ke tempat yang paling aman, tempat yang paling deket ke Intan Jaya," jelas Kamal.

 


Kesaksian Kepala Sekolah yang Selamat

THUMBNAIL KKB PAPUA

Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Junaedi Arung Sulele menjadi saksi dalam kejadian penembakan KKB yang terjadi pada Jumat sekitar pukul 15.00 WIT itu.

"Sebelum ada kejadian, hingga kami semua turun, situasi sudah kembali kondusif sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Beoga," kata Junaedi kepada wartawan, Sabtu, 10 April 2021.

"Puji Tuhan saya masih lolos, saat penembakan saya tidak lihat orang. Ketika bunyi tembakan saya lari ke arah kanan, saudara Yonatan Renden ke kiri, korban sudah kena 2 kali tembakan di dada tapi masih sempat lari kemudian rubuh," sambungnya.

Namun, untuk pennembakan pertama yang menimpa Oktavianus pada Kamis atau sehari sebelumnya, Junaedi mengaku sedang tidak berada di lokasi kejadian.

"Kalau korban pertama, saya tidak di TKP, lokasi saya jauh dari situ. Lokasi korban pertama itu di SMPN 1 Beoga, korban itu guru SD Klemabeth, tetapi karena istrinya mengajar di SMP, mereka tinggal di perumahan guru SMPN 1 Beoga. Saat penembakan korban pertama saudara Oktovianus Rayo dia dikepung KKB," tuturnya.

"Informasi yang saya terima yang dibakar adalah perumahan guru dan 1 gedung sekolah SMA," tambahnya.

Ia menyebut, kedua korban penembakan tersebut merupakan guru kontrak bersama dengan 11 pengajar kontrak lainnya.

"Selama ini kami guru pendatang dekat dengan masyarakat asli Kabupaten Puncak," kata Junaedi.

"Kedua korban itu merupakan guru kontrak, Oktavianus sudah 10 tahun menjadi Guru kontrak, sedangkan Yonathan 2 tahun, kedua korban ini sudah berkeluarga. Saudara Oktavianus bersama tinggal di Beoga, sedangkan Yonatan anak istrinya di Toraja. Total ada 11 orang guru pendatang, sebagian mengungsi di Koramil," sambungnya.

Leboh lanjut, Junaedi membantah soal kabar dirinya sempat diculik saat terjadi insiden penembakan.

"Tidak banyak pendatang di wilayah Beoga, hanya para guru saja. Serta informasi yang menyatakan Junaidi diculik tidak sepenuhnya benar. Saat terjadi penembakan, Junaidi bersembunyi di rumah warga. Ketika aparat TNI-Polri yang mengevakuasi jenazah lewat didekat persembunyiannya, Junaidi keluar dan ikut mengamankan diri di Koramil," tegasnya.

 

(Syauyiid Alamsyah)


Baku Tembak TNI Vs KKB Papua

Infografis Baku Tembak TNI Vs KKB Papua. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya