Harga Minyak Lebih Mahal di Tengah Optimisme Vaksinasi Covid-19

Harga minyak naik sebagai hasil dari kemajuan dalam kampanye vaksinasi di AS.

oleh Athika Rahma diperbarui 13 Apr 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas. harga minyak Brent naik 0,4 persen menjadi di atas USD 63 per barel. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik tipis pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), di tengah optimisme laju vaksinasi Covid-19 di Amerika Serikat (AS).

Selain itu, kenaikan harga minyak juga didorong oleh gerakan pemberontak Houthi yang berbasis di Yaman yang menyatakan bahwa mereka telah menembakkan rudal ke beberapa kilang minyak Arab Saudi.

Harga minyak mentah masih berada dalam koridor yang sama dalam tiga pekan terakhir. Hal ini karena meningkatnya ekspektasi lonjakan aktivitas AS dan diimbangi oleh lambatnya proses vaksinasi covid-19 di Eropa dan juga lonjakan pasokan minyak mentah.

Mengutip CNBC, Selasa (13/4/2021), harga minyak Brent naik 0,4 persen menjadi di atas USD 63 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,5 persen menjadi USD 59,70 per barel.

Menurut data Reuters, Amerika Serikat telah melakukan vaksinasi Covid-19 kepada kurang lebih 22 persen dari populasinya, sedangkan Inggris telah memvaksinasi 11 persen.

Sayangnya, beberapa negara di Eropa lainnya belum berhasil melakukan vaksinasi dengan baik. Tercatat, angka vaksinasi di Prancis dan Jerman baru sekitar 6 persen dari populasi.

Harga minyak naik sebagai hasil dari kemajuan dalam kampanye vaksinasi di AS, yang membantu rencana pengeluaran negara,” kata analis pasar minyak Rystad Energy, Louise Dickson.

"Momentum peningkatan di negara lain cukup menjanjikan, tetapi perbedaan besar masih terjadi secara global." tambah dia.

 


Pemberontak

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak juga mendapat dukungan setelah gerakan Houthi yang berpihak pada Iran di Yaman mengatakan telah menembakkan 17 drone dan dua rudal balistik ke Arab Saudi, termasuk ke kilang Saudi Aramco di Jubail dan Jeddah.

Tidak ada konfirmasi langsung dari Saudi. Saudi Aramco, perusahaan minyak negara, tidak berkomentar saat dihubungi oleh Reuters.

“Meskipun masih banyak alasan harga minyak untuk menjadi bullish, pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati karena infeksi Covid-19 telah melonjak di Eropa, India dan beberapa pasar negara berkembang. Sementara peluncuran vaksin terbukti lebih lambat dari yang diantisipasi,” kata Stephen Brennock, pialang minyak PVM.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya