Rumah Sederhana Jadi Incaran Buruh di Kawasan Industri

Di samping pembebasan PPN 10 persen, Subsidi Bantuan Uang Muka sangat membantu bagi konsumen dalam mengambil keputusan membeli rumah sederhana.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 13 Apr 2021, 13:30 WIB
Prospek pasar rumah sederhana atau rumah bersubsidi di tahun 2021 diprediksi akan meningkat tajam.

Liputan6.com, Jakarta - Prospek pasar rumah sederhana atau rumah bersubsidi di 2021 diprediksi akan meningkat tajam. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), saat ini backlog perumahan mencapai 11,4 juta unit, dimana 80 persen perumahan di segmen MBR.

Umumnya permintaan rumah sederhana ini sangat tinggi di sekitar kawasan-kawasan industri. Seperti dirasakan Perumahan Mutiara Puri Harmoni 3, Cibarusah, Bekasi. Pasalnya, lokasi perumahan ini cukup strategis karena dekat dengan kawasan industri MM 2100 dan beberapa industri di wilayah Cikarang.

Menurut Project Manager Perumahan Mutiara Puri Harmoni 3, Hanna Hoo, jumlah karyawan yang diserap oleh industri-industri tersebut mencapai puluhan ribu tenaga kerja, yang semua itu membutuhkan tempat tinggal dengan harga terjangkau dan dekat dari tempat kerjanya.

"Mereka itulah menjadi target market Mutiara Puri Harmoni 3, yang memfokuskan pada rumah subsidi," tutur Hanna.

Sementara Hanna juga mengatakan, di samping pembebasan PPN 10 persen, insentif atau bantuan pemerintah melalui SBUM atau Subsidi Bantuan Uang Muka, juga sangat membantu dan berpengaruh dalam mengambil keputusan konsumen MBR dalam membeli rumah.

“Dengan adanya SBUM sebesar Rp 4 juta, maka dapat memotong Uang Muka konsumen sehingga UM lebih ringan, terjangkau dan tidak memberatkan konsumen. Insentif SBUM ini sangat signifikan mendongkrak transaksi Mutiara Puri Harmoni 3 di awal tahun 2021,"katanya.

Terbukti, pada Februari hingga Maret mengalami peningkatan akad kredit sebanyak 94 unit.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Harga

Prospek pasar rumah sederhana atau rumah bersubsidi di tahun 2021 diprediksi akan meningkat tajam.

Saat ini, kata Hanna Hoo, kerja sama antara pengembang atau marketing konsumen, dan perbankan sangat baik. Untuk setiap transaksi mulai dari booking fee sampai pengumpulan berkas KPR dengan cepat dilakukan.

Kelengkapan dan kebenaran data calon konsumen akan memudahkan bank pemberi KPR memproses KPR dan hasil Persetujuan KPR cepat keluar, sehingga konsumen dapat akad dan senang bisa mempunyai rumah sendiri.

“Sekarang ini kami menjual rumah subsidi type 28/60, dengan skema pembiayaan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan atau FLPP dan ditawarkan dengan harga mulai Rp 158 juta hingga Rp 168 juta," tutur Hanna.

Dengan harga di bawah Rp 200 juta itu, ternyata diserbu oleh buruh pabrik di sekitar lokasi. Pada Tahap 1 dari total 750 unit yang dibuka dan ditawarkan hingga Maret 2021 sudah terjual sebanyak 730 unit rumah. Tahun lalu saat perbankan sangat ketat menyalurkan KPR ke konsumen, hingga akhir 2020, berhasil mengakadkan konsumen lebih dari 600 unit rumah.

Sadar konsumennya adalah buruh, maka banyak bonus yang ditawarkan. Seperti diskon uang muka, SBUM Rp4 juta diterima di muka, free biaya admin dan proses bank, bonus tembok belakang, pembatas halaman depan, dan bebas biaya proses pecah sertipikat HGB sampai Balik Nama, IMB, serta PBB sampai Balik Nama. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya