Imam Samudra Ditangkap, Ibunya <i>Shock</i> Berat

Ibu Abdul Aziz alias Imam Samudra shock saat mengetahui anaknya ditangkap di Pelabuhan Merak, Banten. Tersangka Pengeboman Bali itu diringkus bersama dua rekannya saat akan menyeberang ke Lampung.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Nov 2002, 17:38 WIB
Liputan6.com, Merak: Abdul Aziz alias Imam Samudra alias Kudama ditangkap Tim Penyidik Bom Bali di Pelabuhan Merak, Tangerang, Banten. Imam Samudra yang tak membawa senjata api dibekuk ketika hendak menyeberang ke Bakauheni, Lampung, Kamis (21/11) pukul 17.30 WIB. Dua hari silam, polisi juga menangkap dua rekannya, Yudi dan Latif.

Kapolri Jenderal Polisi Da`i Bachtiar kepada SCTV mengatakan, ketiga tersangka itu akan dipertemukan dengan Amrozi, tersangka pengebom Bali yang sudah ditahan. Namun, Kapolri tidak menyebutkan waktu mereka akan dipertemukan. Kapolri mengaku mendengar berita penangkapan Imam Samudra Cs dari anak buahnya di lapangan seusai salat magrib. "Penangkapan tersangka berjalan lancar," ujar Da`i Bachtiar.

Polisi sempat melacak keberadaan pria berusia 35 tahun itu melalui nomor telepon genggam yang digunakannya. Setelah penangkapan Amrozi, nomor telepon ini lebih sering mati. Tapi jejaknya sempat terlacak di Desa Cikande, Desa Tenjo Laut, Kampung Baru Makam, kawasan Banten.

Imam Samudra diyakini sebagai orang yang bertanggung jawab atas peledakan bom di Legian, Kuta, Bali. Pria asal Desa Lopang, Serang, itu juga diyakini orang yang berperan dalam sejumlah peledakan di Tanah Air antara lain di Pekanbaru, Riau, dan bom malam Natal 2000.

Penangkapan Imam juga mengejutkan kakak kandungnya Nunung. "Ini pukulan yang terberat bagi kami, apalagi sudah tak lama bertemu," ujar dia saat berbincang dengan reporter SCTV Arief Suditomo melalui telepon dalam Liputan 6 Petang. Nunung mengaku mengenali sketsa wajah dan foto yang dibuat polisi sebagai Abdul Aziz bukan Imam Samudra [baca: Sketsa Imam Samudra Akan Disebarluaskan]. Meski demikian dia berharap bisa bertemu langsung. Sebab, foto yang ada itu adalah Abdul Aziz adik kandungnya. "Betul, dia sedarah dengan saya," ujar Nunung.

Menurut Nunung, Abdul Aziz tak pernah menghubungi atau meninggalkan alamat dan nomor telepon kepada keluarganya. Mereka hanya mengetahui Aziz bekerja di Negeri Jiran. "Hubungan komunikasi terputus sama sekali," ujar dia. Selama buron, Aziz juga tak pernah mengontak saudara dan orang tuanya. Kabar penangkapan itu pula yang menyebabkan ibu kandung Aziz, Nyonya Titin Embay shock berat. "Kami harus membawanya ke rumah sakit," kata wanita yang mengenakan kerudung itu.

Nunung mengakui sudah sepuluh tahun lebih tak bersua adiknya itu. Aziz pernah datang ke rumahnya di Desa Lopang Gede, Serang, sekitar 1999, tapi tidak sempat bertemu dengannya. Nunung mengingat Aziz sebagai pribadi yang sopan, taat beragama, dan juga cerdas [baca: Abdul Azis Dulu Dikenal Taat Beragama]. "Dia ikut pramuka dan sering mengaji di masjid," ujar perempuan berkulit putih ini.

Seusai lulus dari Madrasah Aliyah Negeri I Cikulur, Serang, Aziz berpamitan untuk berangkat ke Malaysia dengan maksud mencari pekerjaan. Di Negeri Mahathir Mohammad itu, Aziz melanjutkan kuliah di Universitas Teknologi Malaysia jurusan kimia. Karena kecerdasannya, dia diangkat menjadi dosen di universitas terkemuka itu.

Pria berkumis tipis dan bertubuh ramping ini juga masuk daftar buron aparat negeri tetangga karena diduga terlibat serangkaian kegiatan teroris. Dalam dunia gerakan bawah tanah, Imam memiliki banyak nama. Selain Kudama, ia juga biasa dikenal dengan Hudama atau Abu Fath alias Abu Umar alias Heri.(COK/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya