Dugder, Tradisi yang Berani Melawan Pandemi

Karena sudah jadi tradisi, Dugder tetap dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan bagi warga.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 13 Apr 2021, 22:00 WIB
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memukul bedug sebagai penanda dimulainya puasa. (foto: Liputan6.com/septi/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Tradisi dugderan menyambut Ramadan tetap digelar oleh Pemkot Semarang. Bedanya, kali ini dilaksanakan lebih sederhana karena suasana pandemi.

Tradisi Dugder seakan ditetapkan menjadi warisan budaya oleh warga, menjadi bagian dari sejarah panjang masyarakat di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah.

Pelaksanaan tradisi kali ini dipimpin langsung Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi. Arak-arakan Warak Ngendog tidak digelar karena pandemi Covid-19. Prosesi sederhana dilakukan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Semarang Kauman Minggu (11/4/2021).

Sesederhana apapun, gelaran Dugderan itu tetap berjalan sesuai tradisi yang ada. Sesampainya di masjid, Hendi lalu membaca Suhuf Halaqof dan menabuh beduk sebagai tanda tibanya bulan Ramadan.

“Kita belajar dari tahun lalu untuk tetap menjalankan tradisi Kota Semarang di tengah pandemi. Tahun lalu juga dikemas oleh teman-teman dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dengan menggalakkan prokes, meski tidak semeriah biasanya,” kata Hendi.

(Septi Nur Eka Mafiroh)

Simak video pilihan berikut

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya