Ada Kasus Pembekuan Darah, AS Hentikan Sementara Penggunaan Vaksin Johnson & Johnson

Ada enam kasus pembekuan darah yang dilaporkan dari 6,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson yang sudah disuntikkan ke masyarakat Amerika Serikat (AS).

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Apr 2021, 21:11 WIB
Seorang karyawan di distributor McKesson Corporation memindai sekotak vaksin Johnson & Johnson saat mengisi pesanan di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson menjadi vaksin corona ketiga yang sah digunakan di AS. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Liputan6.com, Jakarta Food and Drug Administration (FDA) serta Center for Disease Control Amerika Serikat (AS) merekomendasikan penghentian sementara penggunaan vaksin Johnson & Johnson. Penghentian sementara vaksin dosis tunggal untuk tekan penularan kasus COVID-19 ini karena ada laporan pembekuan darah.

Mengutip BBC, ada enam kasus pembekuan darah yang dilaporkan dari 6,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson yang sudah disuntikkan ke masyarakat Amerika Serikat. Kejadian pembekuan darah tersebut terjadi sekitar dua minggu usai divaksin.

Keenam orang yang alami pembekuan darah tersebut semuanya wanita berusia 18-48 tahun. Satu diantaranya meninggal dunia, yakni wanita asal Nebraska. Satu lagi dirawat di rumah sakit karena mengalami pembekuan darah sampai membuat kondisinya kritis seperti mengutip The New York Times, Selasa (13/4/2021).

"Kami merekomendasikan untuk menghentikan sementara penggunaan vaksin ini karena aspek kehati-hatian," kata Direktur FDA bagian Pusat Riset dan Evaluasi Biologis, Peter Marks.

"Saat ini, ada kejadian buruk yang amat jarang terjadi," lanjutnya bersama Wakil Direktur Utama CDC, Anne Schuctat.

Dua jam usai pengumuman pada Selasa, 13 April 2021, Gubernur Negara Bagian Ohio, Mike DeWine sudah meminta tenaga kesehatan di wilayahnya untuk menghentikan penggunaan vaksin Johnson & Johnson untuk sementara waktu. FDA dan CDC berharap negara bagian lain melakukan hal yang sama.

 

Video: Vaksin Sekali Suntik Johnson & Johnson


Penyelidikan

Vaksin Johnson & Johnson terlihat di distributor McKesson Corporation di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan farmasi Janssen tersebut, menjadi vaksin virus corona ketiga yang sah digunakan di Amerika Serikat. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Peneliti FDA dan CDC bakal bersama-sama memeriksa ada atau tidak hubungan antara pemberian vaksin COVID-19 dari Johnson & Johnson dengan kejadian pembekuan darah.

Ketika sudah diketahui, maka nanti bisa dilanjutkan kembali bahwa vaksin ini untuk semua orang dewasa. Namun, bila ada temuan bisa saja ada regulasi yang membatasi target sasaran.

Pertemuan darurat antara para ahli CDC pun sudah dijadwalkan terkait hal ini yakni pada Rabu esok.

Sebelumnya, beberapa negara di Eropa sempat menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca terkait pembekuan darah. Namun, setelah diselidiki tidak terkait dengan vaksin AstraZeneca.

 


Tanggapan Johnson & Johnson

Terkait dengan pembekuan darah perusahaan Johnson & Johnson mengatakan sudah menerima laporan tersebut. Namun, hingga saat ini belum ditemukan hubungan sebab akibat diantara keduanya.

"Kami menyadari bahwa kejadian tromboemboli termasuk kejadian trombositopenia telah dilaporkan. Saat ini, tidak ada hubungan sebab-akibat yang jelas antara kejadian langka ini dan vaksin Janssen COVID-19. "

Janssen adalah nama divisi Johnson & Johnson yang mengembangkan vaksin tersebut.

Di Amerika Serikat sendiri, CDC mengungkapkan ada 300.000-600.000 ribu kasus pembekuan darah. Namun, pembekuan darah akibat menerima suntikan vaksin atau trombosis sinus vena serebal merupakan hal yang sangat terjadi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya