Investor Cermati Sentimen Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, Bursa Asia Bervariasi

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Rabu, 14 April 2021 seiring investor mencermati pengumuman FDA AS soal vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Apr 2021, 08:42 WIB
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik cenderung beragam pada perdagangan saham Rabu pagi, (14/4/2021) seiring investor merespons soal vaksin COVID-19 Johnson & Johnson yang diberhentikan sementara.

Di Jepang, indeks saham Nikkei 225 melemah 0,35 persen pada awal perdagangan saham. Sementara itu, indeks saham Topix susut 0,39 persen dan indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,19 persen. Indeks saham Australia atau ASX 200 naik 0,21 persen. Indeks saham MSCI Asia Pasifik menguat 0,14 persen.

Investor akan mengamati reaksi pasar terhadap pengumuman Food and Drug Administration (FDA) AS yang meminta negara bagian untuk sementara waktu menghentikan sementara penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson.

Hal ini setelah enam perempuan mengalami kelainan pembekuan darah yang langka. Lebih dari 6,8 juta dosis vaksin COVID-19  Johnson & Johnson telah diberikan di AS hingga saat ini. Demikian dilansir dari CNBC, Rabu (14/4/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Vaksin Moderna

Botol bertuliskan "Vaksin COVID-19" terlihat di sebelah logo perusahaan biotek Moderna, Paris, Prancis, 18 November 2020. Vaksin COVID-19 buatan Moderna diprediksi segera lolos BPOM Amerika Serikat (Food and Drug Administration atau FDA). (JOEL SAGET/AFP)

Sementara itu, Moderna mengatakan, vaksin COVID-19 lebih dari 90 persen efektif melindungi terhadap COVID-19 dan lebih dari 95 persen efektif melawan penyakit parah hingga enam bulan setelah dosis kedua.

Secara global, lebih dari 137 juta kasus infeksi COVID-19 telah dicatat dan jumlah kematian akibat penyakit telah melampaui 2,9 juta. Hal itu berdasarkan data Universitas Johns Hopkins.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya