Liputan6.com, New Delhi- Maharashtra, negara bagian India yang paling parah terkena dampak Virus Corona, telah mengumumkan pembatasan baru di tengah gelombang infeksi COVID-19.
Kepala Menteri Uddhav Thackeray berhenti menyebut pembatasan tersebut sebagai lockdown, tetapi mengatakan bahwa selama 15 hari ke depan, hanya fasilitas-fasilitas penting yang dapat beroperasi.
Advertisement
Thackeray mengatakan, pertemuan lebih dari empat orang dan perjalanan tidak penting dengan transportasi umum akan dilarang.
"Perang telah dimulai lagi," kata Thackeray, seperti dilansir BBC, Rabu (14/4/2021).
"Sekarang waktunya beraksi, tambahnya. "Saya tidak mengatakan lockdown sekarang, tetapi pembatasan ketat. Saya tahu roti dan mentega itu penting, tetapi menyelamatkan nyawa itu penting."
Thackeray juga mengakui kebutuhan untuk stok tabung oksigen, dengan mengatakan pasokan akan dicari melalui militer.
Maharashtra adalah negara bagian terkaya di India dan rumah bagi kota terbesarnya, Mumbai.
Negara bagian India tersebut telah melaporkan 51.751 kasus baru dan 258 kematian akibat COVID-19 pada Senin (12/4).
Perdana Menteri India Narendra Modi dilaporkan telah meminta tim spesialis untuk mengunjungi Maharashtra dalam penyelidikan terkait penyebab lonjakan dramatis dalam jumlah kasus.
Maharashtra sempat mengumumkan pembatasan yang lebih ketat pekan lalu, setelah India mencatat infeksi harian tertinggi sejak pertengahan September 2021 dengan 93.249 kasus baru.
Lebih dari separuh kasus tersebut berada di Maharashtra.
Tindakan pencegahan baru pekan lalu - termasuk jam malam malam dan larangan pertemuan publik - akan tetap berlaku selama 15 hari.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
India Sahkan Penggunaan Darurat Vaksin COVID-19 Sputnik V
Sekitar 165.000 orang dilaporkan meninggal karena COVID-19 di India dan ada 12,5 juta infeksi yang dikonfirmasi.
Upaya vaksinasi massal di negara itu, yang terbesar di dunia, telah berjalan lebih lambat dari perkiraan - sekitar 100 juta dosis vaksin Covishield dan Covaxin telah diberikan sejauh ini, tetapi pemerintah mengatakan ingin memvaksinasi 250 juta orang lagi pada Juli 2021.
Sementara pada Selasa (13/4), India mengesahkan penggunaan darurat vaksin COVID-19 Sputnik V buatan Rusia dan menyetujui persetujuan jalur cepat untuk suntikan vaksin Pfizer, Moderna, serta Johnson & Johnson.
Sputnik V adalah vaksin COVID-19 ketiga yang disetujui oleh India setelah Covishield dan Covaxin dari Oxford-AstraZeneca, yang dikembangkan oleh perusahaan India, Bharat Biotech.
Persetujuan Sputnik V datang ketika India melampaui Brasil menjadi negara dengan jumlah kasus Virus Corona tertinggi kedua di dunia.
India memiliki kapasitas produksi vaksin terbesar di dunia, dan mengekspor puluhan juta dosis ke negara-negara kecil sebelum lonjakan kasus yang meningkatkan permintaan domestik.
Advertisement