Tembak Mati Daunte Wright, Polwan dan Kepala Polisi di AS Mengundurkan Diri

Polwan AS yang menembak mati seorang pria kulit hitam di sebuah kota pinggiran di Minnesota, mengundurkan diri.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Apr 2021, 11:05 WIB
ilustrasi peluru tembakan. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta- Polisi wanita (polwan) Amerika Serikat, Kim Potter, yang menembak mati seorang pria kulit hitam, Daunte Wright (20) di sebuah kota pinggiran di Minnesota, mengundurkan diri pada Selasa 13 April waktu setempat. Selain Potter, pengunduran diri juga dilakukan kepala polisi kota tersebut, Tim Gannon.

Pengunduran itu terjadi menyusul protes dua malam di Minnesota dalam menanggapi insiden penembakan oleh polisi yang menewaskan pria kulit hitam, Daunte Wright di Brooklyn Center.

Potter, seorang veteran polisi berusia 26 tahun, telah cuti administratif setelah penembakan yang terjadi pada 11 April.

Wali Kota Brooklyn Center, Mike Elliott mengatakan bahwa ia menghargai keputusan Potter mengajukan pengunduran dirinya tetapi tidak memintanya atau menerimanya. 

Keputusan apakah jaksa akan menuntut Potter diperkirakan akan diambil secepatnya pada Rabu (14/3/2021) waktu setempat.

Dalam satu paragraf surat pengunduran dirinya, Potter menyatakan, "Saya senang setiap menit menjadi petugas polisi dan melayani komunitas ini dengan kemampuan terbaik saya, tetapi saya percaya itu demi kepentingan terbaik saya, komunitas, departemen, dan sesama petugas jika saya segera mengundurkan diri."

 

Saksikan Video Berikut Ini:


Wali Kota Brooklyn Center Tegaskan Keadilan Harus Ditegakkan

Bunga dan balon memenuhi lokasi kematian George Floyd oleh polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Rabu (27/5/2020). Unjuk rasa damai berubah menjadi kerusuhan setelah polisi menembaki mereka dengan gas air mata dan peluru busa. (Kerem Yucel/AFP)

Gannon menerangkan bahwa dirinya meyakini Potter secara keliru mengambil senjata apinya ketika dia akan mengambil Taser-nya.

Potter terdengar di video kamera tubuhnya meneriakkan "Taser! Taser!"

Namun, pengunjuk rasa dan anggota keluarga Wright mengatakan tidak ada alasan untuk penembakan itu, dan itu menunjukkan bagaimana sistem  berat sebelah terhadap warga kulit hitam.

Insiden penembakan tersebut terjadi saat Wright dihentikan Potter karena plat nomor mobilnya yang sudah kedaluwarsa.

 

Ayah Wright, Aubrey Wright, mengatakan kepada ABC Good Morning America bahwa dia menolak penjelasan bahwa Potter secara keliru mengambil senjata api ketika dia akan mengambil Taser-nya.

"Saya kehilangan anak saya. Dia tidak akan pernah kembali. Saya tidak bisa menerima itu. Kesalahan? Kedengarannya tidak benar. Petugas ini telah bertugas selama 26 tahun. Saya tidak bisa menerimanya," ujar Aubrey Wright.

Wali Kota Elliott mengatakan ia berharap pengunduran diri Potter akan "membawa ketenangan bagi masyarakat".

"Kita harus memastikan bahwa keadilan ditegakkan, keadilan ditegakkan. Daunte Wright pantas mendapatkannya, keluarganya layak mendapatkannya," kata Elliott.


Infografis Aman Berpuasa Saat Pandemi COVID-19

Infografis Aman Berpuasa Saat Pandemi COVID-19 (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya