Ingin Investasi Saat IHSG Turun? Perhatikan Dua Faktor Ini

CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menyebut, saat ini terdapat peluang yang cukup besar untuk investasi jangka pendek mengingat IHSG koreksi dua hari.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 14 Apr 2021, 13:23 WIB
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ingin melakukan investasi saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan investor, salah satunya akumulasi fundamental.

CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menyebut, saat ini terdapat peluang yang cukup besar untuk investasi jangka pendek, meski IHSG melemah dua hari pertama pekan ini.

"Kalau bicara strategi investor untuk jangka pendek, peluang banyak. Tapi kalau bicara menengah mungkin agak sedikit lebih riskan, kalau jangka panjang momentumnya juga cukup banyak untuk akumulasi fundamental yang cukup kuat," kata William kepada Liputan6.com, Rabu (14/4/2021).

Selain fundamental, William juga menyebut, likuiditas emiten perlu dicermati saat hendak melakukan investasi. "Fundamental dan likuiditas yang perlu dicermati. Kalau misalkan liquiditasnya tiba-tiba ada, itu saya rasa untuk jangka panjang lebih riskan," ujarnya.

Awal pekan ini, IHSG berada di zona merah selama dua hari berturut-turut. Pada perdagangan Senin 12 April 2021, IHSG mengalami koreksi 2 persen atau turun 121 poin di 5.948.

Tak hanya itu, pada perdagangan Selasa 13 April 2021, IHSG terpantau mengalami penurunan 0,07 persen atau 21 poin di angka 5.927.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Sentimen yang Angkat IHSG

Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah sentimen yang mengangkat IHSG ke 6.000. Sentimen itu mulai dari optimisme perekonomian global, pernyataan bank sentral AS atau the Federal Reserve yang hawkish, kejelasan atau realisasi kebijakan stimulus dari Presiden AS Joe Biden.

Selain itu juga, Nafan menilai program vaksinasi COVID-19 masih menjadi sentimen utama.  Selain itu, data penjualan ritel dan inflasi AS juga menjadi sentimen bagi IHSG.

"Proyeksi dari membaiknya data klaim pengangguran AS dan GDP QoQ Tiongkok diproyeksikan terakselerasi 18,3 persen,” ujar dia.

Ia menambahkan, dari dalam negeri, meningkatnya aktivitas konsumsi saat Ramadan juga menjadi katalis positif IHSG.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya