Liputan6.com, Jakarta Jalan panjang CEO ByteDance, Zhang Yiming membangun bisnisnya kini mulai berbuah hasil berkat kesuksesan TikTok.
Pengalamannya dimulai dari seorang staf di sebuah apartemen di Beijing, membuat aplikasi berbagi video lelucon, hingga menciptakan startup agregator berita.
Di tengah meningkatnya popularitas TikTok serta aplikasi kembarannya Douyin, perusahaan terus mendulang prospek positif.
ByteDance kabarnya sudah diperdagangkan dengan harga USD 250 miliar atau sekitar Rp 3.650 triliun melalui transaksi tertutup, menurut sumber yang dikutip dari Bloomberg.
Dengan nilai valuasi tersebut, Zhang yang mengendalikan seperempat dari kepemilikan perusahaan, ditaksir dapat memiliki nilai kekayaan mencapai USD 60 miliar atau sekitar Rp 876 triliun (Kurs USD 1 = Rp 14.600)
Ini akan membawanya bersaing dengan sejumlah nama besar di urutan tiga besar orang terkaya China, seperti konglomerat produsen air minum kemasan, Zhong Shanshan, bos Tencent, Pony Ma dan pendiri Alibaba, Jack Ma.
Bukan hanya itu, dia bahkan bisa terdongkrak di pemeringkatan orang terkaya dunia dan bersanding dengan keluarga Walton dan Koch. Dua keluarga paling kaya di dunia.
Beberapa sumber juga menyebutkan nilai penawaran transaksi tersebut bahkan lebih besar dari nilai sebelumnya.
Beberapa investor ByteDance kabarnya menawarkan harga USD 350 miliar atau lebih dari Rp 5.100 triliun. Sekitar 40 persen lebih mahal dari sebelumnya untuk menjual saham mereka.
Laporan berbeda oleh media Hong Kong, South China Morning Post (SCMP) menyebut nilai perusahaan diperkirakan mencapai USD 400 miliar atau sekitar Rp 5.800 triliun.
Dengan proyeksi mana pun, itu artinya Zhang punya potensi melipat gandakan kekayaannya lebih banyak dari yang dimilikinya sekarang.
Hingga saat ini, Zhang berada di peringkat 29 sebagai orang paling kaya di dunia versi Bloomberg Billionaire Index, dengan kekayaan USD 44,5 miliar atau mendekati Rp 650 miliar.
Saksikan video Ini
Karier Zhang Membangun TikTok
ilustsrasi aplikasi TikTok. (iStockphoto)
Lahir di kota Longyan, Tiongkok selatan, Zhang, satu-satunya putra pegawai negeri di lingkungannya. Ia belajar pemrograman di Universitas Nankai Tianjin, tempat ia membangun pengikut di forum online sekolah dengan memperbaiki komputer teman sekelasnya.
Dia sempat bergabung dengan Microsoft untuk pekerjaan singkat setelah lulus. Namun dalam wawancaranya dengan sebuah media China, ia menyebut pekerjaannya itu sangat membosankan sehingga dia sering bekerja hanya setengah hari dan sisanya dipakai untuk membaca buku.
Dia kemudian mengembangkan beberapa usaha, termasuk portal pencarian real estate. Terobosannya datang pada tahun 2012, ketika bekerja di sebuah apartemen dengan empat kamar tidur di Beijing, ia menciptakan aplikasi pertama ByteDance, sebuah aplikasi berbagi lelucon yang kemudian mendapat sensor dan harus ditutup.
Ia kemudian beralih ke agregator berita, sebelum akhirnya berhasil mencetak lebih dari 1 miliar pengguna global dengan platform media sosial berbagi video pendek TikTok dan aplikasi kembarannya Douyin, yang beroperasi khusus di dalam negeri China.
Namun jalan bisnisnya mungkin akan diwarnai banyak tantangan baru. Di tengah ketidakjelasan nasib TikTok setelah rencana penjualan TikTok di Amerika Serikat, kekhawatiran baru muncul dari pasar terbesarnya, China.
"Tidak ada lagi permainan konyol di AS dengan Trump dan potensi larangan atau penjualan aset paksa," kata Kirk Boodry, pendiri perusahaan riset investasi Redex Holdings.
"Tetapi tekanan pada harga saham teknologi dan China khususnya mungkin membuat penjualan sebesar USD 250 miliar sulit untuk dijual," tambahnya.
Pada hari Selasa, pemerintah China diketahui memerintahkan 34 perusahaan internet untuk memperbaiki praktik anti-monopoli mereka di bulan mendatang.
Meski ByteDance belum mendapat panggilan langsung oleh Beijing, namun perusahan berada di bawah bayang-bayang target pemerintah setelah Alibaba dan Tencent.
Reporter: Abdul Azis Said
Advertisement