Liputan6.com, Jakarta Suka atau tidak, negosiasi adalah bagian dari karir kita. Bahkan dimulai saat wawancara pertama sebelum resmi bekerja, anda akan dihadapkan pada kesempatan menegosiasikan besaran gaji, jam kerja, target dan sebagainya.
Karena itu, kita perlu menjadi lebih ahli untuk mengadvokasi diri kita sendiri, tim kita, dan organisasi kita. Dikutip dari Ladders, Jumat (16/4/2021) dalam artikel yang dirilis Sekolah Bisnis Harvard (HBR), terdapat berbagai jenis pergerakan dalam negosiasi, dan daya dari gerakan itu yang akan menunjukkan urgensi dari negosiasi tersebut.
Untuk membangun negosiasi yang kuat, berikut tiga langkah dalam negosiasi yang bisa dicontek dan akan memberimu posisi lebih kuat dalam menyampaikan gagasan di tempat kerja.
1. Perkaya argumen dengan data
Ketika anda memiliki posisi yang kuat dengan data yang dimiliki mendukung argumen, yang terpenting ialah harus pintar dalam menyampaikannya.
Misalnya, jika sedang menegosiasikan gaji dan anda sudah melakukan riset yang matang. Selanjutnya sajikan data tersebut dengan lebih efektif dan profesional.
Dalam buku Gorick Ng yang segera rilis, "The Unspoken Rules: Secrets to Starting Your Career off Right", dia menjelaskan sebuah studi kasus, di mana seorang profesional rajin dan teliti dalam mengumpulkan data gaji komparatifnya. Dia menganalisis angka-angka itu, membuat tabulasi informasi, dan siap untuk menyajikan satu halaman temuannya kepada atasannya.
Mengatakan "Saya dibayar rendah" adalah hal biasa. Namun akan berbeda jika anda mengatakan, "Jika dibandingkan dengan kolega saya dengan tanggung jawab, pendidikan, dan gelar yang serupa, tampaknya mereka memeperoleh gaji 14% lebih banyak daripada saya. Maukah Anda mendukung saya dalam mengadvokasi keadilan ini? ”
Karena itu, anda membutuhkan kekuatan lebih dalam negosiasi dengan teliti datanya, dan luangkan waktu untuk menganalisis dan menyajikannya dengan cerdik. Jika tidak sanggup mengerjakannya sendiri, coba minta bantuan kolega yang lebih paham mengolah angka.
Saksikan Video Ini
2. Bersikap positif dan jangan terlalu mencolok
Ilustrasi Proses Negosiasi Credit: pexels.com/fauxels
Bangunlah suasan yang positif dengan tidak melakukan kontfrontasi berlebihan terhadap pihak yang berbeda pendapat dengan anda. Pada dasarnya, tetap berada di posisi yang positif memberi manfaat bukan hanya bagi keberlangsungan negosiasi tapi juga bagi diri anda sendiri.
Semua orang berasumsi bahwa mereka harus memperjuangkan apa yang paling mereka inginkan dalam negosiasi, bekerja keras untuk menjelaskan mengapa tuntutan mereka penting. Cobalah untuk berbicara dari perspektif orang yang anda ajak bernegosiasi.
Jika anda datang dengan persiapan dan sudah tahu apa yang diinginkan pihak lain, dan meyakinkan mereka bahwa Anda ada di pihak mereka, juga siap untuk mewujudkannya dengan cara yang saling menguntungkan. Orang tersebut kemungkinan besar akan setuju dengan ide tersebut.
Negosiasi tidak harus bermusuhan. Meyakinkan mereka bahwa anda juga memiliki tuntutan yang penting, akan jauh lebih mudah mencapai kerjasama daripada terus bertarung di ruang rapat
Advertisement
3. Kumpulkan dukungan dari atasan
Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)
Untuk setiap negosiasi di tempat kerja, hal paling penting adalah mendapatkan dukungan dari atasan terlebih dahulu. Meskipun anda sudah menjadi negosiator ulung, mencatut nama atasan dalam negosiasi dengan pihak lain dapat membantu mendorong mereka tunduk dan setuju dengan argumenmu.
Ingatlah hal yang juga paling penting ialah memastikan proses negosiasi berjalan mulus dan terkendali, jadi pertahankan nada dan argumen anda seramah dan logis mungkin.
Jika kondisi atau lawan negosiasi anda mulai sedikit menyimpang, menggunakan nama atasan tadi bisa membantu anda membawa negosiasi kembali ke jalur yang seharusnya.
Persiapan adalah kuncinya, tetapi bersiap untuk semua skenario dan kemungkinan kesulitan adalah kekuatan yang akan membuat argumentasimu berbeda. Memiliki dukungan dari atasan dapat meningkatkan kepercayaan diri anda dan membuat idemu lebih kuat.
Reporter: Abdul Azis Said