Liputan6.com, Jakarta - Seluruh umat muslim di dunia saat ini tengah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, mulai dari fajar hingga petang.
Tak hanya puasa, bulan suci Ramadhan juga dapat menjadi kesempatan untuk seluruh umat-Nya memperbanyak amalan dan doa memohon ampunan dosa.
Advertisement
Pada bulan ini, Allah SWT membukakan pintu maaf dan taubat sebesar-besarnya bagi seluruh umat yang memohon dengan sungguh-sungguh.
Bahkan, Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda untuk umat-Nya yang memperbanyak amalan di bulan ini.
Tak hanya pahala yang berlipat ganda, Allah juga memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk bermunajat dan memohon doa di bulan suci ini.
Doa yang dipanjatkan pada bulan suci akan lebih mudah diterima serta dikabulkan Allah SWT. Dan rupanya, terdapat beberapa waktu mustajab untuk memanjatkan doa agar mudah terkabul.
Berikut waktu-waktu mustajab untuk berdoa kepada Allah SWT saat Ramadhan:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Saat Sahur
Sahur biasanya dilakukan di sepertiga malam. Waktu inilah yang paling disenangi oleh Allah SWT. Bagi hamba-Nya yang terbangun dari tidur dan memohon doa kepada Allah, maka doanya akan diterima dan dikabulkan oleh Allah SWT.
Berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah R.A, Nabi Muhammad SAW bersabda, yang berbunyi.
"Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, No. 1145 dan Muslim, No. 758).
Hadis diatas juga dijelaskan oleh Ibnu Hajar yang berbunyi.
"Doa dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan." (Fath Al-Bari, 3: 32).
Advertisement
2. Sedang Menjalankan Ibadah Puasa
Ketika sedang menjalankan puasa menjadi waktu paling mustajab agar doa dikabulkan Allah SWT. Hal ini dijelaskan Abu Hurairah R.A bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, yang berbunyi.
"Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi." (HR. Ahmad 2: 305. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadis ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya).
Bagi orang yang puasa, disunahkan untuk memperbanyak doa untuk urusan dunia dan akhiratnya. Selain itu, untuk umat Muslim juga diperbolehkan memanjatkan doa untuk hajat yang diinginkan. Dalam Al-Majmu, Imam Nawawi berkata, yang berbunyi.
"Disunnahkan orang yang berpuasa untuk memperbanyak doa demi urusan akhirat dan dunianya, juga ia boleh berdo’a untuk hajat yang ia inginkan, begitu pula jangan lupakan do’a kebaikan untuk kaum muslimin secara umum.” (Al-Majmu’, 6: 273).
3. Waktu Berbuka Puasa
Waktu lainnya yaitu ketika berbuka puasa. Ketika memenjatkan doa saat berbuka puasa dapat dikabulkan dengan mudah oleh Allah SWT. Hal ini tercantum dalam hadis riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah, Nabi Muhammad SAW bersabda, yang berbunyi.
"Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Doa orang yang terzalimi." (HR. Tirmidzi no. 2526, 3598 dan Ibnu Majah no. 1752. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini hasan).
Selain itu, disebutkan pula dalam Tuhfah Al-Ahwadzi (7:278) yang disebutkan bahwa doa ketika berbuka puasa dapat dengan mudah dikabulkan karena pada saat itu orang yang berbuka puasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.
Advertisement
4. Setiap Kali Mendengar Adzan Berkumandang
Saat azan dikumdangkan, umat muslim yang mendengarnya dianjurkan untuk menjawabnya dengan lafazh yang sama. Waktu ini juga menjadi waktu yang tepat untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Berdasarkan hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Hajar, Rasulullah SAW bersabda, yang berbunyi.
“Doa tidak tertolakpada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzanberkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar,1/369, berkata: "Hasan Shahih").
(Cinta Islamiwati)