Liputan6.com, Kendari - Nama Masjid Al Alam di Teluk Kendari menjadi kian populer. Kerap disebut masjid terapung, bangunan dengan dominasi warna putih biru itu, mulai dibangun 2010 dan tuntas pengerjaannya pada 2018.
Masjid yang mulai dipopulerkan menjadi ikon wisata religi, dirancang arsitek asal Sulawesi Selatan, Mursyid Mustafa. Total anggaran pembangunan Rp200 miliar, sepadan dengan hasilnya.
Posisinya yang berada di atas permukaan laut, menampilkan kesan elegan. Memiliki empat menara, pengunjung akan langsung teringat ikon Burj Al Arab. Dua menara dengan dominasi warna biru dan putih yang menghiasi sudut masjid, mirip bangunan menara setinggi 321 meter yang berdiri megah di Dubai.
Baca Juga
Advertisement
Jika mengamati lebih jeli saat berkunjung, bagian kubah utamanya menggunakan sistem buka tutup. Kubahnya, menurut Kadis Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul, didatangkan langsung dari Jerman. Bahkan, negara ini, pernah menjadi tempat konsultasi pembangunan kubah Masjid Istiqlal di Jakarta.
Pahri Yamsul menyatakan, masjid ini selain didesain menjadi lokasi ibadah, juga terus dikembangkan sebagai spot wisata religi di Kota Kendari. Pengunjung dibuat nyaman menikmati suasana Teluk Kendari dari lokasi masjid.
"Pembenahan dan pengembangannya terus dilakukan, saran dan masukan akan menjadi pertimbangan Pemprov untuk memperbaiki pengelolaan ke depannya," ujar Pahri Yamsul.
Kubah utama, dengan bentuk dasar setengah lingkaran dengan sistem buka tutup menyerupai kelopak bunga. Jumlahnya, sebanyak delapan unit. Bukan tanpa makna, angka ini merupakan simbol konsep Islam dan konsep lokal pahlawan Halu Oleo.
Posisi Masjid Al Alam di tengah Teluk Kendari, bisa disejajarkan dengan Masjid Al Rahma di Jeddah atau Masjid Malaka di Malaysia. Kemegahannya juga bisa disamakan dengan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin Brunei Darussalam atau Masjid Bandaraya Kinabalau Malaysia yang sama-sama berdiri di atas permukaan laut.
Mengunjungi Al Alam Kendari, selain untuk tujuan beribadah, keindahan arsitekturnya juga kerap diabadikan dalam fotografi. Masjid dengan luas 12.692 meter persegi, terbagi menjadi bangunan utama masjid, plaza tertutup dan plaza terbuka. Para pemburu foto, kerap menjadikan lokasi ini sebagai salah satu tempat favorit mereka.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Interior Megah
Arsitekturnya mudah dikenali, masjid yang mampu menampung hingga ribuan jemaah masjid ini, menampilkan suasana megah dan elegan. Pencetus berdirinya masjid dan sang arsitek seolah mengerti, suatu saat nanti bangunan ini menjadi ikon kebanggaan kota.
Mulai dari pintu utama, dengan corak warna tembaga kecokelatan mengilap serta campuran keemasan, menambah kesan kokoh. Ukiran kalimat tauhid juga menambah kesan religius bagi mereka yang memahami maknanya.
Di sekeliling masjid yang berpola segi empat, terdapat puluhan jendela kaca berwarna biru kombinasi silver. Perpaduan warna ini, makin memoles cantiknya Al Alam yang berpadu dengan suasana biru Teluk Kendari.
Interior masjid terapung ini tertata apik dengan pilar-pilar di dalam bangunan yang terkesan megah. Seperti masjid lainnya, ada barisan kitab suci Al-Qur'an yang dipajang rapi di dinding.
Selain digunakan beribadah, Masjid Al Alam juga selalu digunakan untuk kegiatan–kegiatan dakwah Islam yang dilangsungkan oleh masyarakat Kota Kendari dan Masjid Al Alam kini menjadi ikon di Sulawesi Tenggara sebab tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Kota Kendari tidak mampir ke Masjid Al Alam.
Salah seorang pengunjung yang menyempatkan diri salat di Al Alam, Rusliyadi Rahman menyatakan kekagumannya dengan suasana saat beribadah. Dia menyebut, Al Alam adalah lokasi tepat beribadah.
"Lokasinya agak terhindar dari ramai kendaraan, kita bisa tenang dan khusyuk saat ibadah," ujar pria yang kerap mengunjungi masjid Al Alam, Rabu (14/4/2021).
Rusliyadi Rahman menyebut, fasilitas di dalam masjid bisa membuat orang nyaman berkunjung dan beribadah. Apalagi, mereka yang hanya melihat dari foto-foto, akan merasa begitu berbeda saat masuk dan merasakan langsung suasananya.
Rusliyadi hanya satu dari ribuan pengunjung yang sudah merasakan langsung suasana beribadah di dalam bangunan yang mulai didirikan sejak era Gubernur Nur Alam ini. Mereka yang datang beribadah atau sekadar berwisata, kerap mengabadikan foto di beberapa lokasi pilihan.
Advertisement
Pemprov Tegas Soal Pengelolaan Masjid
Hingga saat ini, pengelolaan Masjid Al Alam yang menjadi lokasi ibadah masyarakat, masih di bawah tanggung jawab Dinas Cipta Karya Provinsi Sulawesi Tenggara. Kepala Dinas Cipta Karya Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul menegaskan, sejauh ini beberapa lokasi pelataran luar masjid sudah ditempati pedagang.
Pihaknya berharap, pedagang bisa memberikan kenyamanan masyarakat dan pengunjung yang ingin menikmati keindahan Al Alam. Di satu sisi, pihaknya mengakui adanya pedagang merupakan upaya pemenuhan ekonomi warga. Namun, pedagang tetap harus mematuhi kesepakatan awal antara pedagang dan pengelola.
"Pernah ada kesepakatan awal, silahkan bangun usaha kuliner tapi tidak permanen. Yang dimaksud permanen, ya bisa dibongkar pasang sewaktu-waktu. Kenyataannya, beberapa kali kami amati ada yang sudah mulai membangun permanen," katanya.
Dia menegaskan, akan tetap mengingatkan para pelaku usaha agar tetap menjaga muruah masjid, yakni, kawasan sata religi, bernuansa Islami.
"Kami juga ingatkan kepada pelaku usaha di sekitar, kalau waktunya salat ya kita salat. Baiknya, mencontoh situasi Mekkah atau Madinah, begitu salat lepas semua jualan," pesannya sambil tersenyum.
Dia mengakui pernah memprotes keras saat ada yang mendirikan tempat penagihan retribusi di pinggir laut di jalur menuju Masjid Al Alam. Sebab, jika ada orang yang berusaha menghindar atau sedang terburu-buru menuju masjid, bisa membahayakan nyawa.