Keunikan Masjid Kuno di Cirebon dari Nama hingga Tradisi

Sebagian besar masjid kuno yang berdiri memiliki keterkaitan dengan nama atau tokoh pendiri maupun nama tempat di lokasi masjid itu.

oleh Panji Prayitno diperbarui 16 Apr 2021, 04:00 WIB
Penampakan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon yang memiliki banyak kisah dan cerita sejarah perkembangan Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Perjalanan panjang Cirebon tak lepas dari peran Sunan Gunung Jati menyiarkan Islam. Masjid digunakan sebagai sarana dakwah dan berkumpul warga Cirebon saat itu.

Masjid seakan menjadi salah satu saksi bisu perkembangan perjalanan Cirebon hingga saat ini. Bahkan, tak sedikit umat Muslim Cirebon banyak beribadah dan berdiam diri di dalam masjid terutama yang berusia ratusan tahun.

Budayawan Cirebon Jajat Sudrajat mengatakan, selain menjadi saksi bisu, masjid kuno Cirebon memiliki keunikan tersendiri. Jajat menyebutkan, seluruh masjid kuno Cirebon dibangun dengan menggunakan kearifan lokal.

"Nama masjid yang ada di Cirebon sebagian besar menggunakan kearifan lokal, salah satu contoh Masjid Sang Cipta Rasa yang ada di Keraton Kasepuhan kemudian Tajug Pejelagrahan," sebut Jajat.

Dia mengatakan, sebagian besar masjid kuno yang berdiri memiliki keterkaitan dengan nama atau tokoh pendiri. Selain itu, pemberian nama masjid dengan kearifan lokal tersebut sebagai daya tarik masyarakat pada waktu itu.

Peran tokoh pendiri masjid dipadukan dengan kearifan budaya yang ada di Cirebon membuat tempat ibadah tersebut hingga saat ini masih kokoh berdiri.

Saksikan video pilihan berikut ini


Tradisi dan Budaya

Dari depan mirip klenteng, bagian dalam Masjid Merah bergaya Arab. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

"Seperti dakwah Sunan Kalijaga menggunakaan media wayang, Sunan Gunung Jati dan sunan yang lain," sebut dia.

Dia mengatakan, saat itu, masyarakat Cirebon lebih tertarik dengan tradisi dan budaya. Oleh karena itu, ketertarikan masyarakat digunakan Wali Sanga menyebarkan dakwah Islam.

Salah satu contoh lain yakni adanya kentongan dan beduk di seluruh masjid kuno Cirebon. Dia menyatakan kentongan dan beduk merupakan akulturasi budaya yang digunakan untuk menunjukkan waktu salat.

"Di Arab tidak ada itu kentongan dan beduk dan hanya ada di Indonesia yang merupakan salah satu produk kearifan lokal," ujar dia.

Dia juga mengatakan, selain ibadah, Masjid di Cirebon didirikan sebagai sarana Wali Sanga dalam menyebarkan syiar Islam. Sunan Gunung Jati selalu memberi ceramah tentang Islam dan tatanan kehidupannya yang harmonis.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya