Liputan6.com, Paris - Juru bicara pemerintah Prancis, Gabriel Attal mengatakan bahwa negaranya akan memberikan dosis vaksin COVID-19 Johnson & Johnson dengan cara yang sama seperti vaksin AstraZeneca.
Vaksin tersebut, hanya diberikan pada orang yang berusia di atas 55 tahun.
Advertisement
Prancis, sejauh ini telah menerima 200.000 dosis vaksin COVID-19 dan berharap vaksin itu akan dapat digunakan setelah didistribusikan ke klinik kesehatan dan apotik pada akhir pekan ini.
"Saya yakin pendistribusian ini akan selesai pada hari Kamis (15/4) atau Jumat (16/4). Vaksin ini telah disetujui oleh badan-badan kesehatan Eropa dan Perancis. Oleh karena itu pada tahap ini vaksin Johnson&Johnson tentu saja akan didistribusikan dan diberikan dengan cara yang sama seperti vaksin AstraZeneca yaitu pada orang yang berusia di atas 55 tahun,” kata Gabriel Attal, seperti dilansir VOA Indonesia, Kamis (15/4/2021).
Saat menjawab pertanyaan tentang kelanjutan penggunaan vaksin AstraZeneca setelah Denmark memutuskan untuk menangguhkan suntikan vaksin tersebut, Attal mengatakan ia memahami keberatan publik Prancis terhadap vaksin AstraZeneca.
Tetapi, manfaat perlindungan yang diberikan terhadap beragam bentuk COVID-19 jauh lebih besar dibanding kasus thrombosis yang sangat jarang terjadi.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
Pentingnya Transparansi dari Data-data Ilmiah
Attal melanjutkan, "Jika ada satu hal yang tidak pernah kami kompromikan, maka itu adalah transparansi mutlak dari data-data ilmiah yang tersedia dan pilihan untuk mengikuti saran badan-badan ilmiah Eropa dan Prancis yang menjami tingkat perlindungan tertinggi bagi Prancis".
"Berdasarkan keputusan ini dan rekomendasi ilmiah yang telah kami dapatkan, kami yakin vaksin AstraZeneca merupakan piranti penting dalam memerangi COVID-19," lanjutnya.
"Memang ada beberapa kasus thrombosis yang telah terdeteksi sebagai efek samping yang serius, namun ini adalah kasus yang sangat jarang terjadi dibanding perlindungan yang diberikan vaksin ini terhadap penyakit-penyakit yang parah,” ujar Attal.
Advertisement