Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Toraja tak hanya memiliki tradisi Ma' Nene', ritual untuk menghormati para leluhurnya. Tapi, ada juga ritual yang kerap dilakukan masyarakat Toraja untuk menjaga perdamaian dunia.
Perkelahian antar-pemuda di Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Tana Toraja, rawan berubah menjadi besar dan melibatkan warga antar-desa. Hal ini tak jarang terjadi jika konflik tersebut tidak diselesaikan dengan baik.
Advertisement
Namun bagi warga Toraja yang masih kental dengan adat istiadatnya atau budaya leluhurnya, perkelahian yang bisa berdampak luas tersebut dapat diatasi. Yakni dengan kembali pada aturan adat yang disebut tudang sipulung atau duduk bersama menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
Tudang sipulung merupakan upaya berkumpul atau bersama-sama untuk menyuarakan kepentingan dalam rangka mencari solusi atas permasalahan permasalahan yang mereka hadapi. Artinya tudang sipulung ini merupakan ruang yang dapat memediasi karena berlangsung berdasarkan prinsip prinsip demokratis.
Selain kedua belah pihak yang bertikai dipertemukan, pada kegiatan tudang sipulung ini beberapa pihak lain, seperti Kepala Desa Rajang, kepala dusun, tokoh masyarakat turut diajak serta. Selain itu orangtua masing-masing yang terlibat, para pelaku, serta polisi yang menangani perkara juga hadir.