Terpukul Saat Perdagangan Perdana, Bagaimana Kinerja Saham Deliveroo?

Dalam pembaruannya, Deliveroo mengatakan pertumbuhan pada kuartal pertama didorong oleh penguncian di beberapa wilayah.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 15 Apr 2021, 22:18 WIB
Ilustrasi deliveroo (Dok Unsplash/ Carl Campbell)

Liputan6.com, London - Resmi IPO bulan lalu, Deliveroo menjadi salah satu perusahaan dengan kinerja terburuk sejak awal masuk pasar saham. Bagaimana tidak, pada awal kemunculannya, saham perusahaan pengiriman makanan ini anjlok 30 persen.

Setelah sebulan hadir di bursa saham, Deliveroo kembali mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (15/4/2021), seperti dilansir CNBC.

Sebelumnya, perusahaan telah memberikan peringatan terkait ekonomi yang mulai dibuka kembali. Dalam pembaruan perdagangan pertamanya sebagai perusahaan publik, Deliveroo mengatakan, pihaknya mampu mendapatkan pesanan lebih dari dua kali lipat dari tahun ke tahun.

Terbukti nilai total transaksi pada platformnya naik 130 persen menjadi £ 1,65 miliar. Meski demikian, harga saham Deliveroo merosot 4 persen menjadi sekitar £ 2,59 dalam perdagangan sore ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Dampak Lockdown

Seorang pria melintasi jalan kosong di Westminster, London, Inggris, Selasa, 12 Januari 2021. Inggris sedang menerapkan lockdown nasional ketiga untuk mengekang penyebaran virus corona COVID-19. (Victoria Jones/PA via AP)

Dalam pembaruannya, Deliveroo mengatakan pertumbuhan pada kuartal pertama didorong oleh penguncian di beberapa wilayah.

"Perusahaan terus beroperasi dalam lingkungan yang tidak pasti mengingat waktu dan dampak dari pembatasan ini dicabut dalam beberapa minggu dan bulan mendatang,” kata Deliveroo.

Deliveroo memperkirakan tingkat pertumbuhan akan melambat karena beberapa wilayah sudah mulai melakukan aktivitasnya seperti sedia kala.

Deliveroo juga menegaskan, pihaknya akan terus berpegang pada pedoman dalam prospektus IPO-nya. Perusahaan juga memperkirakan pertumbuhan nilai transaksi bruto antara 30 persen hingga 40 persen dan margin laba kotor 7,5 persen hingga 8 persen.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya