Liputan6.com, Banyumas - Petani durian tersenyum masam tahun ini. Diperkirakan sebanyak 80 persen pohon durian gagal berbuah musim ini. Itu termasuk di Alasmalang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas, kampung tempat lahirnya durian Bawor alias Kromo yang namanya tengah moncer itu.
Kegagalan terjadi pada fase bunga, buah muda, atau buah tua namun hambar. Tentu saja petani kecewa. Setelah merawat pohon sepanjang musim, si pohon rupanya sedang ogah berbakti.
Ketua Kelompok Tani Durian Maju Makmur, Desa Alasmalang, Hasan Susanto mengatakan dari hasil pengamatan di Desa Alasmalang, faktor pertama adalah cuaca. Nyaris semua petani durian di Indonesia masih sangat tergantung kepada cuaca.
“Bunga gugur, buah muda rontok atau buah sampai tua namun berasa hambar,” ucapnya, awal April 2021.
Baca Juga
Advertisement
Dia menjelaskan, saat curah hujan tinggi, maka pembuahan durian hampir dipastikan gagal. Diketahui cuaca ekstrem melanda Indonesia pada akhir 2020 dan awal 2021, persis ketika durian sedang fase berbunga dan buah muda.
Namun begitu, ada faktor dominan lain penyebab utama kegagalan pembuahan, yakni perawatan pohon durian yang masih menggunakan pola lama.
"Yaitu kurangnya pemahaman terhadap perawatan pohon durian,” ucapnya.
Menurut dia, aplikasi beberapa pupuk dan rekayasa drainase yang tepat bisa membuat pohon tetap berbuah baik, walau dicekam cuaca buruk. Dan itu terbukti pada sejumlah pohon yang dirawat dengan SOP pembuahan durian.
Dalam hal ini, Kelompok Tani Maju Makmur telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam hal ini Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu) Tropika, untuk melakukan perawatan intensif pohon durian sebagai barometer pembuahan.
Dia berharap dari pilot project ini, petani durian bisa diedukasi dan turut mengaplikasikan SOP perawatan pohon agar durian bisa berproduksi stabil tiap musim.
“Pupuk apa yang diperlukan saat pembuahan durian itu dan seterusnya. Nah, untuk mengedukasi hal itu, memang kan bukan hal mudah,” dia menjelaskan.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Faktor Bibit Durian
dia juga mengimbau pembudidaya durian diimbau menanam varietas unggul bernilai tinggi. Kualitas bibit menjadi faktor lain yang berpengaruh terhadap durian pada fase vegetatif hingga produktivitas pada masa generatif.
Hasan mengungkapkan bibit berkualitas tak hanya terbatas pada jenisnya. Pemilihan indukan hingga perawatan stadium bibit akan berpengaruh terhadap produktivitas pohon tersebut saat nanti ditanam di lahan.
Beberapa varietas yang dianjurkan di antaranya, Bawor atau Kromo, Musangking, Kane, Montong, Duri Hitam atau Ochee dan lain-lain. Hampir seluruh benih tersebut adalah introducing atau bibit dari luar negeri, kecuali Bawor yang memang asli Banyumas, Jawa Tengah.
“Ya memang diakui atau tidak, varietas dari luar negeri, Thailand dan Malaysia memang bagus,’ ujarnya.
Menurut dia, silsilah bibit tersebut juga harus diketahui. Jangan sampai, seorang petani petani durian membeli bibit tanpa diketahui asal muasal indukan si bibit durian.
Karena itu, sertifikasi menjadi penting sebagai salah satu upaya untuk menjamin keaslian bibit. Sertifikat juga menjadi jaminan bahwa prosedur seleksi bibit sudah dilakukan untuk menjamin kemiripan anakan dengan indukannya.
“Lebih baik dengan bibit bersertifikat. Setidaknya ada jaminan dari mana asal bibitnya. Indukannya juga jelas,” ucapnya.
Sertifikat benih juga membuat tanaman lebih mudah dikirim ke luar pulau. Dengan bekal sertifikat tersebut, bibit sudah tak lagi butuh proses karantina karena sebelumnya proses standar prosedur (SOP) produksi bibit relatif lebih aman.
Advertisement