Menu Buka Puasa yang Cocok untuk Anak Down Syndrome

Sebagian anak down syndrome dapat menunaikan ibadah puasa selama Ramadan secara penuh. Seperti yang dilakukan Imansyah Aditya Fitri, penyandang down syndrome asal Sumatera Barat yang kini berusia 18.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 17 Apr 2021, 18:00 WIB
Imansyah Aditya Fitri penyandang Down Syndrome. Foto: Emsyarfi.

Liputan6.com, Jakarta Sebagian anak down syndrome dapat menunaikan ibadah puasa selama Ramadan secara penuh. Seperti yang dilakukan Imansyah Aditya Fitri, penyandang down syndrome asal Sumatera Barat yang kini berusia 18.

Menurut sang ibu, Emsyarfi, buah hatinya sudah bisa berpuasa penuh beberapa tahun terakhir. Ia juga menjelaskan menu buka puasa yang cocok untuk anak down syndrome tergantung pada kondisi masing-masing anak.

“Masing-masing anak down syndrome punya kemampuan kunyah dan kemampuan telan yang berbeda. Sebagian mereka kesulitan mengunyah makanan keras dan berbutir kasar, tapi sebagian lagi aman dengan menu nasi dan lauk seperti anak lainnya,” ujar Emsyarfi kepada kanal Disabilitas Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Jumat (16/4/2021).

Adit, sapaan akrab sang anak, termasuk yang bermasalah dengan kemampuan kunyah dan telan. Maka dari itu, menu buka dan sahur perlu disesuaikan.

“Sahur Adit makan dengan sepiring kentang goreng, sepotong lauk ayam dan tempe goreng.”

Begitu pula saat buka puasa, Adit cenderung diberi makanan yang lembut dan mudah dikunyah serta ditelan.

Simak Video Berikut Ini


Perkara Petasan

Selain menu buka dan sahur yang disesuaikan, Adit juga memerlukan penyesuaian lingkungan selama Ramadan.

Bulan suci ini identik dengan petasan yang bersuara nyaring. Hal ini adalah salah satu yang ditakuti sebagian anak down syndrome termasuk Adit.

“Adit kecil sangat ketakutan mendengar suara keras semisal petasan. Bertahun-tahun saya bersusah payah menjauhkan Adit dari suara keras semisal bunyi petir, mesin pertanian dan petasan ini. Karena reaksinya langsung histeris dan menangis ketakutan yang bisa lebih dari sejam tidak henti menangis.”

Namun, sedikit demi sedikit, ia dilatih untuk mendengar bunyi keras seperti memukul kaleng dan beberapa benda keras lainnya. Emsyarfi kemudian menjelaskan bahwa itu hanya kaleng yang tak perlu ditakuti.

“Begitu juga petasan, hanya mainan, tidak menggigit atau mengganggu. Lama-lama Adit mengerti dan akhirnya menikmati hingar bingar panggung dan suara sound system yang bising,” tutup Emsyarfi.

 


Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya