Liputan6.com, Jakarta - Terkait larangan mudik Lebaran 2021 yang ditetapkan pemerintah demi mencegah penyebaran Covid-19, pakar epidemiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad mengatakan, dirinya secara pribadi mendukung kebijakan tersebut. Namun demikian Riris juga berharap, tempat yang menimbulkan kerumunan, seperti tempat wisata, juga ditutup.
"Peraturan harus konsisten dan ditegakkan secara konsisten," katanya, Jumat (16/4/2021).
Advertisement
Riris berharap masyarakat sadar, mudik bisa menjadi momentum penyebaran virus. Menurut dia, salah cara meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak mudik, yakni dengan penegakan aturan.
Secara teoritis, kombinasi penindakan tegas dan kesadaran akan bahaya Covid-19 bisa mencegah masyarakat melakukan mudik.
"Tokoh publik dan influencer juga bisa memberikan pemahaman yang sama," kata Riris.
Kesadaran masyarakat bahwa kasus Covid-19 masih tinggi saja belum cukup. Menurut Riris, masyarakat juga harus mematuhi larangan pemerintah karena orang yang sadar belum tentu mematuhi aturan.
"Antara sadar dan kemudian tidak melakukan, kan suatu yang berbeda. Kita sadar bahwa rokok berbahaya tetapi kalau perokok ya tetap merokok," kata Riris.
Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengakui melarang masyarakat mudik Lebaran suatu hal yang sulit.
Masyarakat tahu pemerintah melarang, namun ada saja yang mencari cara agar tetap bisa mudik. Kondisi sekarang, masyarakat semakin tidak peduli dengan kasus Covid-19.
"Jadi masyarakat sekarang sudah abai," ucap Pandu.
Menurunnya kesadaran masyarakat akan bahaya Covid-19 bisa meningkatkan kasus positif. Saat ini, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 1,58 juta. Pemerintah melarang masyarakat mudik, karena belajar dari kasus sebelumnya, jumlah orang terpapar Covid-19 signifikan setelah masa liburan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Infografis
Advertisement