Liputan6.com, Jakarta - Toraja Utara merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah Tana Toraja. Selain kedua daerah berbatasan langsung, Toraja Utara lahir dari pemekaran daerah Tana Toraja.
Ke arah utara dari Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 5 kilometer dari kota Rantepao, terdapat sebuah komunitas adat Toraja bernama Kete Kesu.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari kanal News Liputan6.com, Kete Kesu merupakan desa wisata yang terkenal di Tana Toraja. Desa Kete Kesu berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Di sini Anda dapat menemukan barisan rumah adat Tongkonan yang berusia lebih dari 300 tahun. Selain itu, di desa wisata Kete Kesu juga terdapat peninggalan purbakala berupa kuburan batu berusia ratusan tahun.
Para wisatawan bisa melihat langsung kuburan batu dengan didampingi pemandu wisata. Yang menarik, pemandu wisata bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak sekolah. Salah satunya adalah Dennis Padola yang dijumpai Eka Hakim dari kanal News Liputan6.com.
Dennis begitu lincah menaiki anak tangga di kawasan kuburan Batu Kete, Kecamatan Kesu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Bocah yang saat ditemui masih duduk di bangku kelas 1 SMPN itu sedang melakoni perannya sebagai pemandu wisata.
Ia mengaku tak pernah berpikir menjalani kegiatan ini. Aktivitas itu muncul setelah ia kerap berkumpul bersama teman di tempat itu. Menurut Dennis, dia melakukannya hanya dengan bermodalkan alat penerang seadanya.
"Saya biasa antar orang dengan modal senter saja Kalau pulang sekolah ya langsung nongkrong di sini, biasa ada orang yang mau masuk gua untuk melihat-lihat kondisi kuburan batu yang merupakan tempat pekuburan seluruh masyarakat adat di Kecamatan Kete Kesu," jelas Dennis.
Kuburan batu di Gunung Kete, Kesu terlihat dipenuhi banyak tengkorak kepala dan tulang rangka manusia. Tulang belulang itu terletak di sejumlah titik. Di antara sejumlah tengkorak itu, jari Dennis menunjuk ke sebuah peti terbuat dari kayu.
Tempat itu dipenuhi tengkorak-tengkorak manusia di atas tangga menuju gunung batu tersebut. Bocah yang sudah paham tentang sejarah dalam makam itu langsung menjelaskan pemilik tengkorak tersebut.
"Ada peti kayu yang di bawah itu, namanya Erong usianya sekitar 700 tahun. Ini termasuk peninggalan masyarakat sekitar yang waktu itu belum memeluk agama Kristen melainkan masih berkeyakinan animisme," ucap Dennis.
Dennis juga mengungkapkan jasad yang berada dalam rumah batu di tangga dasar Gunung Kete Kesu. Itu adalah kuburan anggota DPRD pertama Kabupaten Tana Toraja dan penemu pertama kali kuburan batu di Gunung Kete Kesu. "Yang ada patung nenek itu adalah sosok Ne' Reba yang merupakan anggota dewan pertama di Toraja sekaligus penemu kuburan batu ini. Mayatnya ada di dalam rumah batu itu bersama Indo Toding yang merupakan Tetuah Kecamatan Kete dan ia yang punya Kete. Itu patungnya yang tepat di samping patung Ne' Reba dan mayatnya dimasukkan dalam rumah batu bersama," beber Dennis.
Dari kaki Gunung Kete Kesu sampai puncak Kuburan Batu, banyak dijumpai tengkorak manusia. Tulang belulang tersebut dibiarkan dan terkumpul di pinggiran anak tangga. Hal itu dilakukan karena tengkorak tersebut tak punya peti. "Yang tengkorak tak ada peti, itu tidak tahu lagi siapa dia, usianya sudah lama sekali. Tapi yang di dalam peti itu ada namanya masing-masing," ujar dia.
Untuk membersihkan dan memperbaiki makam, Dennis mengungkapkan tak boleh sembarangan dilakukan dan harus diadakan upacara adat. Kalau tidak digelar upacara Tongkon atau Ma'nene, kuburannya atau tengkorak mayat keluarga tidak bisa dibersihkan.
"Nama upacaranya Tongkon atau Ma'nene. Upacara dilakukan kalau ada keluarga orang yang telah meninggal ingin mengganti pakaian mayat atau sekaligus membersihkan kuburan batu tempat pengebumian mayat keluarganya tersebut," terang Dennis.