Jadi Idola Saat Ramadan, Gula Aren di Garut Jual Mahal

Banyaknya kebutuhan serta menipisnya persediaan akibat musim hujan yang panjang, membuat harga gula aren beranjak naik.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 17 Apr 2021, 13:00 WIB
Banyaknya kebutuhan serta menipisnya persediaan akibat musim hujan yang panjang, membuat harga gula aren di Garut, Jawa Barat, beranjak naik. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Dibanding tahun lalu pada momen yang sama, harga gula aren di kabupaten Garut, Jawa Barat tahun ini, relatif naik sejak awal Ramadan.

"Tahun lalu paling mahal Rp15 ribu per kilo, sekarang sudah Rp18 ribu," ujar Ujang, salah seorang pedagang gula Aren di pasar induk Ciawitali, Garut, Jumat (16/4/2021).

Menurutnya, naiknya harga gula aren tahun ini dipicu meningkatnya permintaan, sementara potensi gula aren belum naik seiring masih tingginya curah hujan.

“Kan banyak yang minta gula, ada pabrik gula semut (gula aren bubuk), belum yang industri rumahan,” kata dia.

Kondisi itu, ujar dia, tidak sebanding dengan pasokan gula dari beberapa daerah sentra produksi gula seperti Garut dan Banjar akibat masih tingginya curah hujan saat ini.

“Kalau hujan kan yang nyari arennya sulit, jadi produksi juga mungkin terganggu,” kata dia.

Ujang menyatakan kenaikan gula bertahap sejak awal masuk Ramadan, jika sebelumnya harga gula dijual di angka Rp 13-14 ribu per kilo, kali ini sudah naik hingga Rp 4 ribu di angka Rp 18 ribu.

“Enggak tahu ini apakah ini tertinggi atau masih naik lagi,” kata dia.

Hal senada disampaikan Agus, pedagang gula lainnya. Menurutnya, kenaikan dipicu akibat menurunya produksi seiring masih tingginya curah hujan. “Sebenarnya kalau pembelian (dari tengkulak) murah, harga jual juga murah, kita tidak ngambil untung besar,” kata dia.

Namun meskipun demikian, Agus berharap kenaikan harga gula tidak berlangsung lama. “Mungkin karena masih awal puasa, biasanya nanti juga turun lagi, baru mau lebaran naik lagi,” ujar dia memprediksi.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Ardhy Firdian, mengakui jika potensi gula aren asal Garut, cukup menjanjikan. Rata-rata per tahun tak kurang dari 16 ribu ton gula aren dihasilkan petani gula aren Kota Dodol Garut tersebut.

Tingginya potensi itu sebanding dengan luasan wilayah hutan di kota itu yang tersebar di 42 kecamatan. “Hampir di seluruh kecamatan Garut ada potensi gula aren,” ujarnya.

Seiring semakin berkembangnya ragam makanan yang diolah warga, Ardhy menilai kebutuhan gula aren tiap tahun terus naik. Hal itu didukung meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan gula dari tanaman enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) tersebut yang bebas bahan kimia.

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya