Bola Ganjil: Tanda Tanya Nasib Pembunuh Inggris di Piala Dunia 1950

Nama Joe Gaetjens akan selalu dikenang sebagai sosok yang mempermalukan negara tempat lahirnya sepak bola modern. Namun jasadnya tidak pernah ditemukan hingga sekarang.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 17 Apr 2021, 00:30 WIB
Nama Joe Gaetjens akan selalu dikenang sebagai sosok yang mempermalukan negara tempat lahirnya sepak bola modern. Namun jasadnya tidak pernah ditemukan hingga sekarang. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Joe Gaetjens tidak pernah mencapai kemahsyuran di Amerika Serikat. Tapi namanya akan selalu dikenang sebagai sosok yang mempermalukan negara tempat lahirnya sepak bola modern.

Lahir dan besar di Haiti, Gaetjens membela Timnas AS di Piala Dunia 1950. Sempat dipertanyakan, partisipasinya akhirnya tidak digugat karena peraturan belum baku dan seketat sekarang.

Meski berstatus pinjaman, Gaetjens kemudian membantu Negeri Paman Sam menciptakan salah satu kejutan terbesar sepanjang sejarah dengan mencetak gol kemenangan atas Inggris. Pada laga di Belo Horizonte, dia membelokkan bola tendangan jarak jauh Walter Bahr dengan kepala untuk mengecoh kiper Bert Williams.

Bagi tim yang berisi pemain semiprofesional, hasil tersebut sangat fantastis. Apalagi Inggris memiliki pemain tenar yang kemudian menjadi legenda, di antaranya Tom Finney, Billy Wright, hingga Alf Ramsey (melatih timnas saat juara Piala Dunia 1966).

Inggris pun gagal melaju ke babak berikut. Sementara Gaetjens masuk daftar 100 Pahlawan Piala Dunia yang dipublikasikan France Football pada 1994.

Namun nasib orang tidak ada yang tahu. Gaetjens menjadi korban kepentingan dan jenasahnya tidak ditemukan sampai sekarang.

Saksikan Video Berikut Ini


Konflik Politik

ilustrasi BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Gaetjens kurang menyukai politik. Tapi tidak dengan keluarganya. Louis Dejoie, yang memutuskan maju ikut pemilihan presiden Haiti 1957, merupakan kerabatnya.

Dejoie kalah dari Francois Duvalier. Keluarga besar Gaetjens sebenarnya juga punya ikatan dengan sang pemimpin terpilih. Namun, adik Gaetjens, Jean-Pierre dan Fred, terlibat aktivitas grup pengasingan di Republik Dominika yang berniat melancarkan kudeta.

Pada 7 Juli 1964, Duvalier mendeklarasikan diri sebagai presiden seumur hidup. Keesokan paginya keluarga Gaetjens bersembunyi karena takut dengan konsekuensi tindakan Jean-Pierre dan Fred.

Gaetjens memilih langkah sebaliknya. Dia berpikir rezim Duvalier akan membiarkannya karena dirinya hanya atlet.


Rezim Diktator

BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Sayang Gaetjens salah sangka. Dia ditahan polisi rahasia Tonton Macoutes dan dibawa ke penjara bernama Fort Dimanche, dikenal karena praktik tidak manusiawi terhadap tahanan. Setelah gagal menangkap sasaran sebenarnya, aparat menjadikan Gaetjens simbol untuk keluarganya yang bersalah.

Nasib Gaetjens selanjutnya tidak diketahui. Beranggapan masih hidup, pihak keluarga coba membebaskannya dengan berbagai cara. Mulai meminta remisi hingga coba menyuap penjaga.

Namun batang hidung Gaetjens tidak pernah muncul. Dengan rezim diktator Duvalier diperkirakan memakan korban 30 ribu jiwa, Gaetjens akhirnya diperkirakan meninggal akhir Juli 1964 meski jenasahnya tidak pernah ditemukan.

Sebagai tanda penghormatan, otoritas sepak bola AS memasukkannya ke dalam Hall of Fame pada 1976.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya