Update 17 April 2021: Nyaris 140 Juta Kasus COVID-19 di Dunia

Update kasus COVID-19 pada 17 April 2021.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 17 Apr 2021, 10:00 WIB
Matahari bersinar di atas bendera putih yang ditanam untuk mengenang warga Amerika yang meninggal karena COVID-19 di dekat Stadion RFK di Washington, Selasa (27/10/2020). Instalasi seni Suzanne Brennan Firstenberg itu disebut "In America, How Could This Happen.” (AP/Patrick Semansky)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di dunia sudah nyaris 140 juta kasus, atau tepatnya 139,6 juta kasus. Jumlah itu naik sekitar tiga juta kasus dari awal pekan ini. 

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Sabtu (17/4/2021), berikut daftar negara dengan kasus COVID-19 tertinggi: 

1. Amerika Serikat: 31,5 juta kasus

2. India: 14,2 juta

3. Brasil: 13,8 juta

4. Prancis: 5,2 juta

5. Rusia: 4,6 juta

Secara keseluruhan ada 2,99 juta pasien meninggal yang tercatat meninggal terkait COVID-19. Pasien sembuh mencapai 79,5 juta.

Kasus di Turki sudah mendekati lima besar dengan total 4,1 juta kasus. Di Inggris, total kasus 4,3 juta.

Posisi Indonesia saat ini berada di urutan ke-19 dunia dengan 1,59 juta kasus. Sementara, kasus COVID-19 di China berjumlah 102 ribu orang.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut:


Vaksinasi COVID-19 Harus Setiap Tahun? Ini Kata Bos Vaksin

Seorang pekerja medis mengisi jarum suntik dengan dosis vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di Tokyo Medical Center, Tokyo, Jepang, Rabu (17/2/2021). Jepang memulai kampanye vaksinasi COVID-19 dengan suntikan COVID-19 pertama diberikan kepada petugas kesehatan. (Behrouz Mehri/Pool Photo via AP)

CEO Pfizer, Albert Bourla, memprediksi bahwa seseorang butuh vaksinasi dosis ketiga hingga vaksinasi tahunan untuk melawan COVID-19. Bourla berkata skenario itu sangatlah mungkin.

Ia berkata varian COVID-19 akan menjadi kunci dari hal ini. 

"Sangat mungkin butuh dosis ketiga sekitar enam dan 12 bulan, dan dari sana akan ada revaksinasi tahunan, tetapi semua itu butuh dikonfirmasi," ujar Albert Bourla kepada CNBC, dikutip Jumat (16/4).

Komentar Bourla muncul setelah CEO Johnson & Johnson Alex Gorsky berkata bahwa kemungkinan masyarakat butuh vaksinasi tiap tahun, seperti vaksinasi flu tahunan.

Para peneliti masih belum tahu berapa lama proteksi vaksin COVID-19 setelah seseorang mendapat vaksin secara lengkap. Dibutuhkan lebih banyak data untuk mengetahui jangka waktu proteksi.

Pihak Pfizer dan Moderna berkata vaksin mereka bisa melindungi dari penyakit parah hingga enam bulan setelah dosis kedua.


Infografis Vaksin COVID-19:

Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya