Bisnis Es Cendol Bandung, Raup Puluhan Juta per Hari Selama Ramadan

Es Cendol Bandung buatan Agus Tea, tidak jauh beda dengan es cendol Elizabeth Bandung. Namun salah satu resep unggulannya, seluruh bahan baku yang digunakan tidak bersinggungan dengan bahan kimia alias alami.

oleh Nefri IngeJayadi Supriadin diperbarui 18 Apr 2021, 12:00 WIB
Selama ramadan, es cendol Bandung di Garut, Jawa Barat mendapatkan lonjakan omset penjualan hingga puluhan juta per hari. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Masuknya Ramadan setiap tahunnya, menjadi berkah tersendiri bagi penjual es cendol Bandung di Garut, Jawa Barat (Jabar). Mereka berhasil meraih omset hingga puluhan juta per hari, selama momen Ramadan berlangsung.

Seperti penjual Es Cendol Bandung, Agus Tea (52), yang mengaku momen Ramadan kali ini menjadi loncatan untuk meningkatkan omset harian di tengah masa pandemi Covid-19.

“Lumayan, kenaikannya luar biasa bisa beberapa kali lipat,” kata dia, saat ditemui di lapak jualannya di Bilangan Alun-alun Tarogong, Garut, Sabtu (17/4/2021).

Menurutnya, lonjakan penjualan es cendol Bandung saat Ramadan memang bukan perkara baru. Karena sejak pertama kali berjualan tahun 2000 silam, Agus mengaku penjualan saat ramadan seolah rezeki nomplok.

“Tapi itu juga tidak saya nikmati sendiri, sebab berbagai juga dengan pegawai yang jumlahnya puluhan,” ujarnya.

Saat Ramadan tiba, mantan pegawai es cendol Elizabeth Bandung itu mengaku rata-rata penjualan cendolnya mampu menghabiskan hingga 30 ember besar berukuran 50 liter per hari.

“Itu untuk tiga lokasi dagang lainnya yang kami suplai,” ungkapnya.

Ada tiga ukuran yang biasa jual mulai harga Rp5.000 per gelas, Rp10.000 per gelas hingga Rp 20 ribu untuk ukuran pesanan jumlah besar.

“Satu ember itu rata-rata bisa menjadi 30 plastik ukuran besar, atau kurang lebih bisa menjadi Rp600.000 - Rp700.000,” papar dia merinci omset usaha tanpa pelit.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :


Cabang Lain

Selama ramadan, es cendol Bandung di Garut, Jawa Barat mendapatkan lonjakan omset penjualan hingga puluhan juta per hari. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Selain Tarogong, Agus mengaku memiliki lapak lain di sekitar Jalan Merdeka, tepatnya depan salah satu warung modern, kemudian di sekitar jalan raya Bayongbong-Garut.

“Tiap titik memang habisnya tidak sama, cuma paling banyak memang di sini (Tarogong) bisa sampai 15 ember,” katanya.

Agus mengaku kebahagiaan naiknya omset penjualannya, menjadi berkah bersama dengan puluhan pegawainya. Apalagi pegawai yang direkrutnya merupakan tetangga dekat di sekitar rumahnya, di kampung Mekarsari Desa Haurpanggung Jabar.

“Kalau Ramadan, pegawai kami bisa menjadi 25 orang dari awalnya hanya lima pada hari-hari biasa,” ujarnya.

Ihwal dampak pandemi Covid-19, Agus bersyukur tidak terlalu memukul usahanya. Banyaknya pembeli masih setia, menjadi salah satu senjata andalannya dalam mempertahankan penjualan. 

 


Tanpa Bahan Kimia

Cendol red bean| Via: gpkoner.blogspot.com

“Kalau berkurang ada, tapi tidak terlalu besar, Alhamdulillah pembeli masih banyak,” kata dia.

Agus mengaku es cendol buatannya, tidak jauh beda dengan es cendol Elizabeth Bandung. Namun salah satu resep unggulannya, seluruh bahan baku yang digunakan tidak bersinggungan dengan bahan kimia alias alami.

“Silahkan cek mulai tepung kanji, terigu, gula merah, santan hingga pewarna menggunakan daun suji (pandan). Insyaallah bebas bahan kimia,” ujarnya bangga dengan senyum ramah.

Selain itu, penggunaan campuran santan kelapa yang kental menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan, untuk membeli gurihnya es cendol Bandung buatan Agus Tea ini.

“Kalau santannya asal-asalan, cendol menjadi tidak lezat,” ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya