Liputan6.com, Pekanbaru - PT Perkebunan Nusantara V atau PTPN V pada tahun ini sudah menjual 150 ribu bibit sawit unggul bersertifikat melalui aplikasi berbasis Android bernama Sawit Rakyat Online (SRO). Bibit itu laris manis dalam waktu satu bulan setengah sejak aplikasi itu diluncurkan akhir Februari.
Chief Executive Officer PTPN V Jatmiko K Santosa mengatakan, respon masyarakat terhadap penjualan bibit sawit unggul yang dikembangkan perusahaan perkebunan milik negara itu sangat baik.
Baca Juga
Advertisement
"Kita bersyukur respon masyarakat begitu hangat karena hingga hari ini tercatat 144.978 bibit sawit unggul tersertifikasi telah dilepas kepada masyarakat melalui aplikasi Sawit Rakyat Online," kata Jatmiko, Senin siang, 19 April 2021.
Jatmiko menjelaskan, SRO merupakan aplikasi yang menerapkan prinsip kemudahan dan keterbukaan sehingga menyita perhatian petani sawit Riau dan sekitarnya yang selama ini kesulitan mendapatkan bibit sawit bersertifikat.
"Angka penjualan itu pun meningkat drastis dibandingkan dengan penjualan secara manual pada 2020 lalu yang hanya tercatat sebanyak 8.457 bibit sawit," jelas Jatmiko.
Saat ini, terdapat dua varietas bibit unggul bersertifikat siap jual, yakni Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) 540 serta PPKS Simalungun. Bibit itu tersedia di lima sentra pembibitan PTPN V yakni Air Molek, Tandun, Sei Rokan, Lubuk Dalam, dan Tanah Putih.
Adison Napitupulu, salah seorang petani mengaku memilih membeli bibit sawit milik PTPN V usai mendengar adanya penjualan bibit sawit unggul via aplikasi. Dirinya mengunduh aplikasi SRO dan prosesnya sangat cepat.
"Hanya dalam dua hari, bibit sawit itu sudah saya terima, bibitnya juga dalam kondisi prima," kata petani asal Kabupaten Rokan Hilir tersebut.
Simak video pilihan berikut ini:
Hilangkan Kekhawatiran
Petani lainnya, Slamet juga mengaku sangat terbantu dengan kebijakan PTPN V yang menjual bibit sawit unggul kepada masyarakat melalui aplikasi Android. Slamet yang saat ini tengah meremajakan kebun sawitnya mengaku selalu dihantui rasa khawatir akan bibit palsu.
"Bibit yang saya terima sangat baik kualitasnya, prosesnya juga cepat, pembayarannya juga langsung ke rekening perusahaan. Jadi aman dari penipuan," kata Slamet.
Jatmiko mengatakan, pada tahun 2021 ini PTPN V menargetkan dapat menyediakan dan menjual 1,1 juta bibit sawit unggul melalui aplikasi SRO yang dapat diunduh di Play Store.
Jatmiko mengatakan, ide menjual bibit sawit bersertifikat kepada masyarakat muncul di antaranya setelah memperhatikan petani kesulitan membedakan bibit sawit unggul dan ilegal atau palsu.
"Alhamdulillah responnya bagus. Bibit kita langsung dikejar pembeli. Memang jika salah menanam bibit, resikonya bisa menanggung rugi dalam waktu panjang, setidaknya sampai 25 tahun. Semoga bibit unggul PTPN V dapat ambil bagian dalam program percepatan sawit rakyat yang digalakkan pemerintah," harap Jatmiko.
Survei PPKS menyebutkan para petani sawit masih kerap terjebak dengan keberadaan bibit sawit palsu. Ada sejumlah alasan yang membuat mereka terjebak, di antaranya 37 persen menjadi korban penipuan, 14 persen tergiur harga murah, 20 persen tidak mengetahui cara membeli benih yang legal.
Selain itu, 12 persen di antara petani terjebak penggunaan bibit palsu karena rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi, 10 persen tidak mengetahui lokasi pembelian benih legal, serta 4 persen petani menyatakan akibat jarak tempuh dari lahan sawit ke produsen benih legal yang cukup jauh.
Advertisement