Liputan6.com, Malang - Pemerintah Kota Malang mulai menerapkan sekolah tatap muka untuk SD dan SMP pada Senin, 19 April ini. Meski demikian, baru sekitar 85 persen sekolah yang sudah mulai menerapkan pembelajaran terbatas tersebut.
Wali Kota Malang, Sutiaji, mengatakan sekolah tatap muka harus patuh menjalankan protokol kesehatan. Karena itu pelaksanaannya akan terus dievaluasi, pembelajaran dapat seaktu-waktu kembali dihentikan.
Baca Juga
Advertisement
“Bila sekolah tidak melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat, bisa jadi pembelajaran tatap muka kita evaluasi bersama, bisa ditutup lagi,” kata Sutiaji di Malang, Senin, 19 April 2021.
Teknis pembelajaran diatur dengan Surat Edaran Walikota Malang No. 15 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di Masa Pandemi Covid-19 di Kota Malang.
Menurut Sutiaji, pemerintah kota pada Agustus tahun lalu sudah menyebar kuesioner kepada para orang tua siswa tentang rencana penerapan sekolah tatap muka. Saat itu banyak yang ingin sekolah tatap muka direalisasikan.
“Covid-19 saat itu sedang ganas-ganasnya, maka urung dilaksanakan. Sekarang ini mulai dijalankan, para guru kan sudah dua kali suntik vaksin,” katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Baru 85 Persen
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana, mengatakan baru 85 persen dari total 278 SD dan 104 SMP di kota ini yang telah melaksanakan pembelajaran tatap muka.
“Ada 15 persen belum bisa menggelar tatap muka karena beberapa alasan,” kata Suwarjana.
Seluruh sekolah yang sudah menerapkan pembelajaran tatap muka diminta patuh protokol kesehatan. Serta ada pembatasan rombongan belajar sebanyak 50 persen. Sehingga tiap siswa belajar secara giliran, satu hari sekolah dan esoknya libur sekolah karena giliran rekannya.
“Semua harus patuh protokol kesehatan, pembelajaran bisa dihentikan ketika ada siswa yang terkonfirmasi positif Covid-19,” ujar Suwarjana.
Advertisement