Topan Surigae Picu Evakuasi 100.000 Orang di Filipina

Topan Surigae memicu evakuasi untuk 100.000 orang di Filipina. Simak selengkapnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Apr 2021, 11:55 WIB
Orang-orang mengenakan masker berjalan-jalan di pusat kota Manila, setelah pelonggaran pembatasan karantina wilayah (lockdown), di Filipina, Rabu (2/9/2020). Pemerintah melonggarkan lockdown meskipun negara tersebut memiliki infeksi virus corona terbanyak di Asia Tenggara. (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Manila- Angin kencang dan gelombang tinggi menghantam Filipina timur pada Senin 19 April ketika topan terkuat yang tercatat pada April 2021 melanda Samudra Pasifik.

Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (20/4/2021) peristiwa itu menewaskan satu orang dan memicu banjir di area dataran rendah.

Biro cuaca nasional Filipina mengeluarkan peringatan angin kencang dan hujan lebat, mengatakan bahwa "angin topan yang merusak meluas ke luar hingga 110 km dari pusat badai".

Lebih dari 100.000 orang dievakuasi dari daerah pesisir, menurut badan bencana provinsi di Filipina.

Siklon Surigae - badai yang dikenal secara lokal, diperkirakan tidak akan menghantam daratan.

Namun dengan diameter 500 kilometer dan kecepatan angin mencapai 195 km per jam, bagian timur pulau Samar mengalami banjir, sementara beberapa komunitas kehilangan aliran listrik.

Topan super pertama tahun 2021 menandakan musim badai untuk wilayah tersebut di tahun mendatang, menurut para ahli.

"Indikasi awal adalah bahwa musim topan 2021 akan memiliki aktivitas setidaknya secara rata-rata, dan mungkin di atas rata-rata," kata ahli meteorologi AS, Jeff Masters dalam tulisannya yang di posting di situs web Yale Climate Connections. 

Laman web itu, menyajikan laporan harian tentang kondisi iklim.

Jeff Masters juga memaparkan, data menunjukkan bahwa badai, yang disebut topan, siklon, atau angin topan di berbagai belahan dunia, semakin kuat karena pemanasan global.

Saksikan Video Berikut Ini:


Pria Lansia di Filipina Tewas Akibat Tertimpa Pohon Tumbang

Balai Kota Manila berdiri di samping jalan yang hampir kosong saat pemerintah menerapkan lockdown ketat untuk mencegah penyebaran COVID-19 pada Jumat Agung di Manila, Filipina, Jumat (2/4/2021). Lockdown berlaku mulai 29 Maret 2021 hingga 4 Maret 2021. (AP Photo/Aaron Favila)

"Bahan bakar untuk badai ini adalah lautan yang hangat," kata Anne-Claire Fontan, seorang petugas ilmiah di Organisasi Meteorologi Dunia yang berbasis di Jenewa.

"Tren globalnya adalah mereka semakin kuat, dan persentase total badai yang lebih tinggi akan semakin kuat," terangnya.

Atmosfir yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan, memungkinkan angin kencang untuk mengeluarkan lebih banyak hujan.

Secara khusus, suhu air di Samudra Pasifik bagian barat lebih tinggi dari rata-rata wilayah secara global, menjadikannya lahan subur untuk badai besar seperti Surigae.

Wilayah ini mengalami lebih banyak badai daripada bagian dunia lainnya - lebih dari 70 persen di antaranya berkembang pada puncak musim antara Juli dan Oktober.

Sejumlah pejabat bencana mengatakan bahwa seorang pria berusia 79 tahun dari provinsi Leyte Selatan di Filipina, dipastikan tewas setelah dia tertimpa pohon tumbang dan satu orang hilang.

Filipina mengalami sekitar 20 badai tropis setiap tahun. 2020 lalu, topan terkuat tahun ini, Goni, menghantam negara itu dengan kecepatan hingga 310kmh, menewaskan 25 orang dan membuat lebih dari 345.000 orang dievakuasi.


Infografis 4 Tips Ciptakan Sirkulasi Udara di Ruangan Cegah COVID-19

Infografis 4 Tips Ciptakan Sirkulasi Udara di Ruangan Cegah COVID-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya