Liputan6.com, Manila - Nick Yanez, perawat ambulans berusia 28 tahun di kota Manila, mengatakan terkadang menghabiskan enam hingga tujuh jam di kendaraan daruratnya untuk merawat pasien COVID-19 sebelum tempat tidur ditemukan di rumah sakit.
Setelah menghadapi salah satu wabah COVID-19 terburuk di Asia, Filipina telah mengalami gelombang kedua infeksi yang meregangkan petugas kesehatan di ibu kota tidak seperti sebelumnya.
Advertisement
"Situasinya sekarang lebih parah. Ini versi 2.0. Kasusnya lebih tinggi, kami lebih kelelahan," kata Yanez, yang ambulansnya beroperasi di Pasig City, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (20/4/2021).
Negara ini memiliki rata-rata lebih dari 10.400 kasus COVID-19 setiap hari sejak awal April, hampir dua kali lipat dari level pada Maret dan jauh di atas 213 per hari pada April 2020 dan 2.169 pada paruh kedua tahun lalu.
Penguncian dua minggu di wilayah ibu kota, perluasan perkotaan di 16 kota yang dihuni setidaknya 13 juta orang, tampaknya tidak banyak membantu mengurangi ketegangan pada sistem medis.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
RS di Filipina Kewalahan
Unit perawatan intensif di wilayah Manila memiliki kapasitas 84 persen, sementara 70 persen tempat tidur bangsal COVID-19 dan 63 persen tempat tidur isolasi penuh pada 19 April, data pemerintah menunjukkan.
Pada awal April, ketika tidak ada rumah sakit Manila yang bisa menerimanya, pasien COVID-19 Jaybee Garganera dibawa ke rumah sakit di Clark, Pampanga, 100 km dari rumahnya.
"Saya bisa mendengar dia berbicara di ruangan lain dan setiap kali dia meletakkan telepon dia akan menangis," kata Garganera tentang istrinya, yang menelepon rumah sakit di seluruh Manila.
Filipina telah melaporkan 945.745 kasus COVID-19 sejak pandemi dimulai, dengan hampir 17.000 petugas layanan kesehatan terinfeksi. Sejauh ini, sekitar 16.000 orang telah meninggal.
Advertisement