Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang terjadi membuat sebagian perusahaan mencari cara untuk bertahan, salah satunya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Pada masa pandemi COVID-19, perusahaan pelat merah ini mulai merambah bisnis kargo.
Berbeda dengan penumpang, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menyebut, pengiriman barang masih bisa dilakukan dengan maksimal selama pandemi COVID-19.
"Selama pandemi ini kita melakukan beberapa hal untuk fokus ke kargo. Kami berusaha meningkatkan bisnis kargo bersama teman-teman lainnya, dan menumbuhkan aktivitas kargo, ujar dia secara virtual, Selasa (20/4/2021).
Baca Juga
Advertisement
Berbeda dengan bisnis kargo yang sudah ada, Garuda Indonesia fokus pada jangkauan wilayah konsumen yang hendak melakukan pengiriman. Bila biasanya melalui Jakarta, perusahaan berusaha mengirim barang ke luar negeri dari wilayah lain di Indonesia.
"Fokus eksport dari destinasinya. kami mengetahui rata-rata barang ekspor dari Indonesia yang melalui udara itu dari Jakarta. Katakan 95 persen. Karena ada beberapa komoditas dari Denpasar," ujar dia.
Irfan juga menegaskan terdapat puluhan airport internasional yang bisa digunakan untuk akses pengiriman ekspor di Indonesia. Hal ini juga mampu menghemat waktu pengiriman.
"Karena itu Garuda Indonesia membuka penerbangkan kargo langsung dari daerah produsen. Rata-rata penerbangan seminggu sekali. Manado-Narita, Makasar- Singapura, Denpasar- Hong Kong, Surabaya- Hong Kong, Padang-Guangzhou. Yang Guangzhou itu sangat menarik karena rata-rata isinya hanyalah manggis seberat 32 ton," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tantangan Perseroan
Tak lepas dari masalah, Irfan juga menyebut pengurangan aktivitas penerbangan menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi selama pandemi COVID-19.
"Problemnya kapasitas pesawat yang tersedia. Contoh anda mau kirim barang ke Belanda, kita ada penerbangan ke sana hanya seminggu sekali padahal sebelumnya seminggu enam kali. Ini menjadi tantangan yang sangat besar. ini salah satu penyebab penumpuknya barang karena terbatas penerbangan sepanjang pandemi," tuturnya.
Advertisement