Liputan6.com, Jakarta - Bila hanya melihat fotonya lewat akun media sosial Instagram, orang mungkin tak akan percaya bahwa Pekarangan Rinati berlokasi di pinggir Jakarta, tepatnya di Larangan, Tangerang. Rimbun, hijau, bikin mata dan hati segar dan adem. Apa yang ditawarkan oleh restoran yang dibuka sejak 2018 ini?
Rinati, sang pemilik menerangkan sumber inspirasinya berasal dari berbagai konsep keberlanjutan, termasuk farm to table dari berbagai negara. Semua digabungkan di satu tempat menjadi konsep besar dengan menghadirkan kebun dan taman yang bisa diakses para pengunjung. Mereka tidak hanya bisa makan, tetapi juga bermain dan belajar berkebun.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan konsep ini, kami ingin menciptakan tempat di mana pelanggan dapat menyantap makanan yang diolah tanpa tambahan MSG, tempat di mana pengunjung dapat belajar, bermain sekaligus menikmati lokasi hijau dan udara segar di tengah pemukiman padat penduduk," kata Rinati kepada Liputan6.com, Selasa, 20 April 2021.
Kebun yang ada di Pekarangan Rinati bukan hanya sebagai hiasan, melainkan sebagai kebun bertumbuh dan menjadi bagian utama dari pekarangan. Lebih dari 100 jenis tanaman yang bisa dimakan maupun tanaman hias ditanam di tempatnya, seperti pohon rambutan, kembang telang, sorghum, aneka tanaman herbal, sampai tanaman langka.
Tanaman yang bisa dikonsumsi itulah yang jadi bahan-bahan makanan untuk restorannya. Di sinilah praktik Farm To Table diterapkan.
Pekarangan Rinati menawarkan dua set menu untuk pengunjung. Menu pertama yaitu “Makanan Kedai Rinati”, terdiri dari makanan Indonesia-Jawa. Set menu kedua yaitu “Makanan Pekarangan Rinati”, yakni makanan sehat dengan bahan baku sebagian besar diambil dari kebun sendiri.
Harga makanan yang ditawarkan oleh Pekarangan Rinati berkisar Rp25 ribu--Rp50 ribu, sedangkan minuman berkisar dengan harga Rp5 ribu-- Rp20 ribu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tak Ingin Tambah Beban Bumi
Sebelum pandemi, Pekarangan Rinati juga rutin menggelar workshop sebulan sekali untuk berbagi ilmu sampai membuat hiasan dengan memanfaatkan barang bekas. Namun, selama pandemi workshop harus ditutup sementara untuk menghindari kerumunan pengunjung.
Sejak pandemi pula, Pekarangan Rinati membatasi pengunjung hingga 40 orang setiap hari. Anda yang tertarik datang diminta untuk reservasi dahulu. Fasilitas yang bisa anda dapatkan saat mengunjungi tempat ini adalah tempat bermain anak, musala, lokasi berkebun dan belanja tanaman, aula, balkon, tempat makan dalam ruang, serta game board.
Rinati mengatakan tempat usaha yang dibukanya sedapat mungkin memberi solusi pada Bumi. "Salah satu visi kami adalah menjadi tempat yang tidak menjadi sumber masalah untuk bumi, melainkan tempat yang berupaya membantu bumi," kata Rinati.
Selain menggerakkan penghijauan, Rinati juga mengelola sampah agar tak menumpuk. Ia mengaku belum bisa sepenuhnya terlepas dari produk plastik, tetapi plastik tersebut digunakan secara bijak.
"Bila bisa tidak mengapa harus plastik? Bila bisa dipakai berulang, jangan gunakan yang sekali pakai," tambahnya.
Selama pandemi ini, Rinati mengaku berupaya untuk selalu mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, seperti pembelian secara online, mengharuskan pengunjung mereservasi tempat, pembatasan jumlah konsumen, mengecek suhu tubuh, mewajibkan penggunaan masker, menjaga jarak, mencuci tangan serta disinfektan meja setiap kali selesai penggunaan.
"Kami belum mendaftar diri untuk mendapatkan Sertifikat CHSE, tapi kami dengan sebaik mungkin mengaplikasikan pedoman-pedoman CHSE," ucap Rinati. (Dinda Rizky Amalia Siregar)
Advertisement