Liputan6.com, Jakarta Ketua Komisi Pemberantasan (KPK) Firli Bahuri menilai di peringatan hari Kartini ini mengingatkan peran perempuan yang ikut membangun budaya anti korupsi. Menurutnya hal ini diperlukan di lembaga antirasuah tersebut.
"Kaum perempuan termasuk membangun budaya anti korupsi. Peran dan andil besar ini jelas diperlukan KPK serta segenap eksponen bangsa di republik ini dalam upaya pemberantasan korupsi," kata Firli dalam keterangan resmi diterima, Rabu (21/3/2011).
Advertisement
Dia pun menuturkan, peringatan hari Kartini adalah simbol kebangkitan dan emansipasi peran perempuan Indonesia, dari belenggu tradisi paternalistis yang sangat kuat, ketika zaman penjajahan Belanda.
"Atas perjuangan Kartini lah, eksistensi dan peran serta kaum hawa mulai diperhitungkan bahkan turut andil dan menjadi bagian saat mengambil keputusan maupun kebijakan penting," ungkap Firli.
Dia meyakini, sosok perempuan tidak lagi dipandang sebagai seorang Hawa atau pelengkap atau pasangan Sang Adam semata. Namun, hadirnya wanita dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, memiliki andil besar dalam membentuk, menentukan arah, tujuan dan masa depan bangsa.
"Bukan sekedar melahirkan, peran sentral kaum hawa dalam 'asah asih dan asuh', sangat menentukan kualitas generasi penerus masa depan suatu bangsa kita," kata Firli.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Puan soal Hari Kartini
Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan pentingnya menumbuhkan budaya literasi dari lingkup keluarga sebagai bekal mewujudkan kemajuan bangsa Indonesia. Hal itu disampaikan Puan dalam talkshow memperingati Hari Kartini yang digelar secara virtual.
"Kemampuan literasi adalah kemampuan mendasar yang dapat menjadi pijakan bagi seseorang untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi dirinya sendiri maupun bagi banyak orang," kata Puan Maharani, Selasa (20/4/2021).
Puan menyebut, kemampuan literasi seperti membaca, menulis, serta mengolah dan memahami informasi, membuat seseorang bisa menyerap begitu banyak ilmu pengetahuan, bisa menuangkan gagasan dan berpikir kritis, serta memiliki keahlian dalam menyelesaikan masalah.
"Jika RA Kartini tidak memiliki kemampuan literasi, maka tidak akan ada buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang isinya sudah menginspirasi banyak Kartini-Kartini lintas generasi hingga masa kini," ungkap perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR RI tersebut.
Advertisement