Para Perempuan Indonesia di Balik Dunia Konservasi Jakarta Aquarium & Safari

Tahukah Anda, ada kontribusi para perempuan dengan sentuhan kelembutan dan cinta kasihnya di Jakarta Aquarium & Safari.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Apr 2021, 13:44 WIB
Aksi Liong dan putri duyung menghibur pengunjung di Jakarta Aquarium & Safari (JAQS), Jakarta Barat, Jumat (12/2/2021). Pertunjukan Liong Show bawah air yang diikuti oleh para putri duyung tersebut untuk memeriahkan Hari Raya Imlek 2572 atau Tahun Baru China. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Mengunjungi Jakarta Aquarium & Safari (JAQS) di Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Anda bisa bertemu langsung dengan lebih dari 3.500 spesies satwa akuatik maupun non-akuatik, bahkan yang hampir punah dan mungkin Anda belum pernah dengar namanya atau melihat wujudnya seperti apa.

Tidak hanya melihat, para pengunjung pun juga bisa berinteraksi langsung dengan aneka satwa. Seluruh satwa tersebut selalu dalam kondisi yang sehat dan optimal. Tentunya ada orang-orang di balik kesejahteraan para satwa di lembaga konservasi ini. Tahukah Anda, ada kontribusi para perempuan dengan sentuhan kelembutan dan cinta kasihnya? Siapa sajakah mereka?

Di balik seluruh satwa-satwa yang sehat terdapat jerih payah para aquarist yang merawatnya. Salah satunya adalah Lindiana, akrab dipanggil Lin, yang mengawali kariernya di JAQS sebagai JAQS Buddy (pemandu) selama dua tahun.

Lindiana sangat cinta terhadap satwa dan tertarik untuk terjun sebagai Aquarist. Ia mulai mengambil sertifikasi selam dan belajar lebih dalam mengenai perawatan satwa.

"Saat menjadi GSA di JAQS, saya banyak mempelajari tentang satwa dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada pengunjung. Namun, karena seringnya saya bertemu dengan para satwa, saya memiliki rasa ketertarikan dan rasa ingin tahu lebih dalam mengenai para satwa," ujarnya.

Tugas dan tanggung jawab Lin sebagai aquarist di antaranya menyiapkan pakan satwa, memberi makan secara teratur, membersihkan exhibit satwa, hingga melakukan observasi jika ada satwa yang sedang sakit.

"Untuk suka, saya sangat suka menyelam sehingga saya tidak perlu jauh-jauh pergi ke pulau untuk pergi menyelam. Sedangkan, untuk dukanya, saya sangat merasa sedih ketika melihat satwa tidak mau makan hingga sakit," tutur Lin.

Sementara itu, seluruh satwa di JAQS bisa menyapa Anda karena kondisi mereka yang sehat dan optimal. Di balik satwa-satwa yang beraneka ragam serta unik itu, Anda bisa menemui sosok dokter hewan yang sangat sabar, terampil merawat, dan mengobati seluruh satwa di JAQS.

Namanya drh. Novi Tandria, seorang dokter hewan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Bergabung dengan JAQS pertama kali di Mei 2018. Sempat jeda, kini drh. Novi kembali lagi bekerja sama dengan JAQS.

"Sewaktu kuliah saya mengikuti himpunan minat dan profesi satwa liar karena saya tertarik sekali dengan satwa liar dan konservasi. Sebelum bergabung dengan JAQS, saya punya pengalaman kerja di praktisi hewan kecil sekitar enam tahun namun merasa tertantang berhadapan dengan satwa liar. Nah, begitu diberikan kesempatan bekerja di JAQS, saya merasa ini merupakan kesempatan saya ikut melestarikan keberadaan satwa liar," ujarnya.

Menurut Novi, perempuan memiliki peran sebagai penyeimbang dalam dinamika tim yang mayoritas laki-laki. Selain itu juga sebagai wanita membuktikan bahwa peran wanita sebagai dokter hewan bisa memberikan kontribusi maksimal yang sama dengan pria.

"Perempuan Indonesia dengan kelembutan serta sekaligus kekuatannya, memberikan kasih sayang dan kemampuan maksimal dalam peran sertanya memelihara dan mengembangbiakkan satwa-satwa Indonesia," tutur Novi.

Nah, selain Lindiana ada sosok aquarist lainnya di JAQS bernama Evelyn. Memiliki latar belakang pendidikan di bidang pariwisata, Evelyn jatuh cinta dengan wisata bahari. Evelyn mengawali kariernya di JAQS pada April 2019 sebagai staf magang dan setelah empat bulan, Evelyn resmi menjadi Aquarist di JAQS.

"Dahulu saat zaman kuliah saya iseng mengikuti unit kegiatan mahasiswa diving, di situ saya mempelajari kemampuan untuk menyelam dengan baik, ketika benar-benar dapat menggunakan skill tersebut untuk mengeksplorasi dunia bawah laut Indonesia, saya jatuh cinta dan ingin mengenal lebih jauh lagi mengenai ekosistem laut," ujar dia.

Profesi yang dimiliki Evelyn, merupakan profesi yang jarang dilirik kaum perempuan. Kriteria profesi sebagai aquarist membutuhkan fisik yang cukup kuat seperti mengangkat tabung, suhu air yang cukup dingin, serta tuntutan waktu kerja yang sangat ketat diikuti dengan standart yang cukup tinggi. Justru hal tersebut, membuat Evelyn bisa membuktikan bahwa ia juga bisa menyesuaikan dan mengikuti standar tersebut dengan cukup baik.

 


Kelembutan dan Keluwesan

Warga mengunjungi Jakarta Aquarium & Safari di Jakarta Barat pada Jumat (12/2/2021). Jakarta Akuarium merupakan tempat konservasi alam dan satwa laut yang memiliki konsep edutainment sekaligus menjadi destinasi wisata untuk warga menghabiskan libur Imlek (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, Fira Basuki selaku Head of Social, Branding, and Communication Jakarta Aquarium & Safari mengatakan Jakarta Aquarium & Safari selalu memberi kesempatan kepada para perempuan untuk berkarya.

"Ini membuktikan kemampuan dan berkontribusi terhadap pelestarian satwa dan lingkungan. Justru perempuan memiliki kelembutan dan keluwesan yang dibutuhkan para satwa dan dunia konservasi. Mereka adalah Kartini Modern JAQS," ujar Fira.

Sedangkan Ayu Saraswati, Putri Indonesia Lingkungan 2020 yang merupakan sahabat JAQS dan sering berkunjung ke JAQS yang terletak di Neo Soho Mall, Jakarta Barat ini menyatakan kekagumannya pada sosok-sosok perempuan tangguh di balik dunia konservasi JAQS.

"Saya kagum pada para perempuan JAQS karena rasa cinta mereka yang tulus pada para satwa dan alam serta lingkungan dan itu terlihat dari cara mereka bekerja. Setelah mengenal lebih dekat dan mengetahui bahwa tanggung jawab mereka sama dengan rekan kerja mereka yang laki-laki, tanpa perbedaan, terlihat sekali betapa besarnya rasa cinta dan dedikasi mereka," ujar Ayu.

"Ini menunjukkan perempuan itu mampu berkontribusi dalam pelestarian satwa dan lingkungan. Tantangannya adalah diri sendiri dan pemikiran bahwa masing-masing perempuan memiliki kapasitas yang sama, bahkan lebih, dan ini mematahkan ucapan bahwa wild life adalah dunianya para pria," imbuh Ayu.

Pembuktian mereka terlihat dari kondisi para satwa di JAQS yang sehat, aktif, dan berkembang biak. Ini disetujui oleh Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI).

"Lembaga konservasi berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat, mendidik, dan terjangkau bagi semua kalangan, serta penelitian, peragaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan," ujar Ketua PKBSI, Rahmat Shah.

Begitu juga dengan Jakarta Aquarium & Safari yang merupakan anggota PKBSI, menurut dia memiliki peran dan fungsi sebagai lembaga konservasi dengan standar internasional yang sangat baik, bahkan lebih baik daripada akuarium yang ada di Singapura dan Malaysia.

"Apresiasi juga kami berikan kepada Jakarta Aquarium & Safari yang telah mengangkat isu tentang keterlibatan dan kepedulian para perempuan, Kartini Indonesia terutama di bidang lingkungan, pelestarian satwa dan konservasi, sebagai salah satu wujud meneruskan perjuangan Kartini di era modern. Semoga lebih banyak lagi Kartini-Kartini Indonesia di bidang lingkungan dan pelestarian satwa yang berkontribusi nyata," Rahmat Shah memungkasi.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya