Liputan6.com, Jakarta - Melibatkan banyak pihak, salah satu perusahaan yang akan ikut dalam proyek pembangunan Ibu Kota baru di Kalimantan Timur ialah PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Entus Asnawi Mukhson menyebut, lahan yang luas membuat beberapa pihak harus terlibat untuk mempercepat pembangunan ibu kota baru.
Advertisement
"Penanganan lahan, itu luas sekali. Saya kira akan banyak yang terlibat terutama Karya- karya dan kita tentu akan ikut di pekerjaan itu. Mudah mudahan bisa ikut terlibat Adhi Karya," katanya secara virtual, Rabu (21/4/2021).
Selain pembangunan istana dan kantor pemerintahan, Entus juga menyebut pembangunan yang dilakukan melingkupi fasilitas penunjang seperti jalan tol dan non tol, serta pelabuhan serta bandara.
"Kalau pembangunan Ibu Kota baru, bukan hanya kantor-kantor itu sendiri, tapi juga fasilitas-fasilitas seperti peningkatan jalan, ini akan mulai. Tentu kami akan ikut serta," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tantangan Pembangunan Ibu Kota Baru
Sebelumnya, Akademisi senior Emil Salim menyoroti rencana pemerintah yang hendak memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Menurut dia, ada sejumlah tantangan besar dalam proses pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) tersebut. Mantan Menteri Perhubungan periode 1973-1978 ini memandang kondisi topografis Kalimantan yang berbeda dengan Pulau Jawa dan Sumatera.
Dalam hal ini, Jawa dan Sumatera terbentuk berkat benturan lempeng Australia dan Eurasia, sementara Kalimantan tidak. Alhasil, Jawa dan Sumatera dikelilingi oleh pegunungan api dengan tanah yang subur. Sedangkan Kalimantan bebas dari lingkup ring of fire, namun berdiri di atas lahan basah (wetland).
"Maka Kalimantan itu penuh dengan air di bawah permukaannya itu. Maka Pulau Kalimantan pola pembangunan tidak sama dengan pola pembangunan di Jawa, Sumatera, karena tanahnya ekosistemnya berbeda. Bukan pegunungan, tetapi lahan basah, wetland," terang Emil Salim, Jumat, 16 April 2021.
Menurut dia, proyek pembangunan ibu kota baru di Kalimantan membutuhkan perhitungan yang lebih cermat karena berdiri di tanah basah. Oleh karena itu, ia buka kemungkinan jika ongkos yang telah dikaji saat ini mungkin berbeda dengan praktik di lapangan.
"Kau gali lobang di Kalimantan, air yang keluar. Maka bayangkan bagaimana membangun kereta api di Kalimantan jikalau lahannya basah. Makanya negara-negara yang punya lahan basah mengembangkan pola angkutan dengan baling-balingnya di atas atap," paparnya.
Advertisement