Liputan6.com, Jakarta - Vendor teknologi Xiaomi merayakan Hari Kartini dengan mempertemukan lima perempuan dari industri berbeda untuk membahas perempuan berdaya dan bangga menjadi diri sendiri.
Salah satu yang bisa dilakukan untuk tetap berdaya dan menjadi diri sendiri adalah memanfaatkan teknologi guna menjadi lebih baik dan bisa membantu sesama perempuan.
Advertisement
Melalui diskusi di Instagram Live akun Xiaomi Indonesia, perusahaan mengajak Perencana Keuangan dan Founder @zapfinance, Prita Ghozie; Peneliti dan Co-founder Peace & Security, Gustika Jusuf Hatta; Atlet Esports, Mareen Gabriella atau dikenal dengan Alice BTR; Sisca JKT 48; dan Head of PR Xiaomi Indonesia, Stephanie Sicilia.
Diskusi ini digelar dalam rangka #ProudtobeMI yang mengajak perempuan untuk bangga dengan kodrat dan pilihannya untuk berkarya.
Gustika menyebut, perempuan berdaya merupakan mereka yang bisa mengakses hak-haknya dan bisa membuat pilihan, termasuk untuk berkiprah di rumah.
Pasalnya, ada miskonsepsi yang menyebut bahwa perempuan di rumah itu tidak berdaya, padahal menurutnya, perempuan harus bisa memberdayakan perempuan lain di mana pun dia berada.
Atlet Esports Perempuan Dipandang Sebelah Mata
Sementara bagi Alice BR yang berkiprah di dunia esports yang didominasi laki-laki, membuatnya harus membuktikan diri di turnamen gim yang jarang diisi pemain perempuan karena dianggap sebelah mata.
Perjuangannya berbuah manis saat menjadi juara pada sebuah turnamen di 2019.
"Tantangan yang kini dihadapi kaum perempuan adalah mengubah mindset yang bisa dilakukan dengan cara selalu berpikir positif, berusaha terbaik, dan mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar demi mencapai apa yang diinginkan," tutur Stephanie.
Untuk itu, teknologi bisa menjadi faktor yang bisa membantu perempuan untuk terus berdaya.
Advertisement
Teknologi Berdayakan Perempuan
Prita mengatakan, teknologi seperti smartphone kini memudahkan perempuan untuk terus berdaya, termasuk dari sisi finansial.
Pasalnya perempuan bisa memanfaatkan teknologi untuk mengelola keuangan, waktu, hingga berkomunikasi dengan perempuan lain untuk saling memberdayakan.
Lain lagi bagi Sisca. Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi perempuan dia dunia media sosial adalah menghadapi komentar negatif dari pengguna anonim.
Sebagai solusi, ia berupaya untuk tidak menyerah, selalu berpikir positif, dan membuang hal yang negatif untuk terus berdaya dan menjadi diri sendiri.
(Tin/Ysl)