Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan tujuan dari kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim ke rumah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri Selasa kemarin (20/4/2021).
"Banyak yang dibahas. Mulai dari politik pendidikan, pentingnya Pancasila, dan juga pendidikan budi pekerti serta kebudayaan," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/4).
Advertisement
Dia mengatakan, kunjungan Nadiem Makarim ke kediaman Ketum PDIP itu bukanlah kali pertama. Nadiem memang kerap mengunjungi Megawati selaku Ketua Dewan Pengarah BPIP untuk membicarakan politik pendidikan Indonesia.
"Pertemuan dengan Pak Nadiem sudah dilakukan beberapa kali. Memang membahas politik pendidikan yang bertumpu pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sehingga kata dia, kunjungan Nadiem Makarim hari Selasa kemarin merupakan hal yang wajar. Selain itu, dia mengatakan bahwa Ketum partainya itu merupakan sosok negarawan senior yang memang sering menerima kunjungan tokoh-tokoh bangsa dari berbagai negara sejak kecil. Untuk itu, dia merasa terlalu berlebihan jika kunjungan Nadiem kemarin disangkutpautkan dengan isu reshuffle.
"Lagi pula Ibu Megawati sejak kecil beliau sudah diajak Bung Karno menerima tokoh-tokoh dari dalam dan luar negeri. Pengalaman beliau luar biasa," ujarnya.
"Wajar jika secara periodik Ibu Mega berdialog dengan Presiden Jokowi maupun jajaran pemerintahannya. Baik itu menteri, pimpinan partai, lembaga tinggi atau badan negara," kata Hasto.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Bahas Reshuffle
Dia menegaskan bahwa hanya Presiden Jokowi lah yang mempunyai hak atas reshuffle menteri-menterinya itu.
"Jadi pertemuan tersebut tidak membahas hal itu (reshuffle). PDIP selalu memegang prinsip bahwa reshuffle hanya terjadi atas keputusan Presiden," tegasnya.
Hasto mengatakan bahwa Megawati berulang kali menekankan kepada Nadiem pentingnya pendidikan karakter dan cinta tanah air melalui praktik, sehingga tidak hanya mengedepankan aspek kognitif saja.
"Supaya lebih memahami apa itu gotong royong, nasionalisme, dan pengenalan Indonesia yang begitu plural," katanya.
Mantan Presiden kelima RI itu juga membagikan kisah masa kecilnya kepada Nadiem selaku Mendikbud yang memang sengaja mengunjunginya untuk berdiskusi mengenai pelajaran Pancasila yang dihilangkan dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Hasto menilai, diskusi yang berlangsung selama 2 jam itu berlangsung sangat menarik.
"Ibu Mega juga banyak menceritakan pengalamannya ketika oleh Bung Karno diminta belajar di Perguruan Cikini yang didirikan para pejuang perempuan. Dalam paparan Mendikbud tentang bagaimana pendidikan juga bisa membumikan Pancasila sangat menarik, penuh dengan inovasi dan terobosan," katanya.
Reporter: Rifa Yusya Adilah
Sumber: Merdeka
Advertisement